Bahan Ajar Etika Kelas XI SMT Alor Tahun Pelajaran 2016/2017

BAB I
PENGERTIAN ETIKA DAN ILMU

A.    Pengeetian Etika
Pengertian Etika Menurut Beberapa Tokoh:
      1.   Bertens (1993: 12-13) dalam Adona (2006: 37) Bartens membedakan kata “etika” dalam 3 (tiga) pengertian, antara lain:
a. Etika adalah nilai dan norma moral yang dipakai oleh seseorang atau suatu kelompok ebagai pegangan  bagi tingkah laku mereka.
b. Etika dimaksudkan sebagai kumpulan prinsip dan nilai moral yang mengatur perilaku suatu kelompok,  khususnya suatu profesi, atau sering disebut dengan kode etik.
c. Etika mempunyai arti ilmu. Di sini etika diartikan sebagai ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, tentang hal yang harus dilakukan manusia dan yang tidak boleh dilakukan manusia. Dalam artian ini, etika disebut sebagai filsafat moral.
2.   Straubhaar dan Rose dalam Adona (2006: 38) Etika adalah suatu cabang ilmu etika yang mempelajari bagaimana individu memutuskan perilaku secara moral dan bisa diterima.
3.   Drs. O.P. SIMORANGKIR : etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
4.   Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari seg baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.
5.   Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya.
6.    Franz Magnis Suseno adalah filsafat mengenai bidang moral, etika merupakan ilmu atau refleksi sistematik mengenai pendapat-pendapat, norma dan istilah moral. Dalam arti luas sebagai keseluruhan norma dan penilaian yang di pergunakan oleh masyarakat untuk mengetahui bagaimana manusia seharusnya menjalankan kehidupannya
7.   M. Amin Syukur mengutip pendapat Robert C Soimon, etika merupakan disiplin ilmu yang mempelajari nilai-nilai hidup manusia yang sesungguhnya dan hukum tingkah laku. Dengan demikian, menurut Amin Syukur, etika adalah ilmu yang berisi kaidah baik dan buruk suatu perbuatan dan aktivitas.  Seperti diungkapkan oleh Poedjowijatna, sebagai sebuah ilmu, obyek materia etika adalah manusia, sedang obyek formanya adalah tindakan manusia yang dilakukan secara sengaja.
Etika pada dasarnya merupakan hubungan antara kebebasan dan tanggung jawab, antara tujuan yang hendak dicapai dan cara untuk mencapai tujuan itu. Etika berkaitan dengan penilaian tentang perilaku yang benar atau tidak benar, yang baik atau tidak baik, yang pantas atau tidak pantas, yang berguna atau tidak berguna, dan yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
Dalam bahasa Inggris etika disebut ethic(singular) yang berarti a system of moral principles or rules of behaviour, atau suatu sistem, prinsip moral, aturan atau cara berperilaku. Akan tetapi, terkadang ethics(dengan tambahan huruf s)dapat berarti singular. Jika ini yang dimaksud maka ethics berarti the branch of philosophy that deals with moral principles, suatu cabang filsafat yang memberikan batasan prinsip-prinsip moral. Jika ethics dengan maksud plural (jamak) berarti moral principles that govern or influence a person’s behaviour, prinsip-prinsip moral yang dipengaruhi oleh perilaku pribadi. Dalam bahasa Yunani etika berarti ethikos mengandung arti penggunaan, karakter, kebiasaan, kecenderungan, dan sikap yang mengandung analisis konsep-konsep seperti harus, mesti, benar-salah, mengandung pencarian ke dalam watak moralitas atau tindakan-tindakan moral, serta mengandung pencarian kehidupan yang baik secara moral. Dalam bahasa Yunani Kuno, etika berarti ethos,yang apabila dalam bentuk tunggal mempunyai arti tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, adat, akhlak, watak perasaan, sikap, cara berpikir.
Dalam bentuk jamak (ta etha) artinya adalah adat kebiasaan. Jadi, jika kita membatasi diri pada asal-usul kata ini, maka “etika” berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.



Arti inilah yang menjadi latar belakang bagi terbentuknya istilah “etika” yang oleh Aristoteles (384-322 SM.) sudah dipakai untuk menunjukkan filsafat moral
Etika secara lebih detail merupakan ilmu yang membahas tentang moralitas atau tentang manusia sejauh berkaitan dengan moralitas.
Tingkah Laku Moral
Penyelidikan tingkah laku moral dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1.    ETIKA DESKRIPTIF
Etika deskriptif yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sbagai sesuatu yang bernilai.
Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tnatang prilaku atau siikap yang mau diambil. Etika deskriptif merupakan penggambaran dan penelaahan secara utuh dan kritis tentang tingkah laku moral manusia secara universal yang dapat kita temui sehari – hari dalam kehidupan masyarakat. Cakupan analisanya berisikan sejumlah indikator – indikator fakta actual yang terjadi secara apa adanya terhadap nilai dan perilaku manusia dan merupakan suatu situasi dan realita budaya yang berkembang di masyarakat. Hal hal yang berkaitan dengan adapt istiadat , kebiasaan ,anggapan – anggapan baik dan buruk tenggang sesuati hal,tindakan – tindakan yang tidak boleh dilakukan dan boleh dilakukan oleh individu tertentu ; dalam kebudayaan kebudayaan dan subkultur – subkultur tertentu yang terjadi dalam suatu periode sejarah adalah merupakan kajian moralitas dalam Etika Deskriptif. Telaah dalam Etika Deskriptif tidak memberikan interpretasi secara tajam dan lugas, namun tidak melukiskan suatu fakta yang sedang terjadi dan berkembang dalam suatu masyarakat tertentu.  Etika Deskriptif hanya membahas dan memberikan analisa penilaiannya atas kejadian tertentu.Salah satu contoh etika deskriptif adalah didalam mempelajari pendangan pandangan moral terhadap kenyataan yang terjadi di Negara Uni Soviet yang selama ini kita kenal sebagai Negara yang menganut faham komunis atau ateis dimana masyarakatnya begitu permisif terhadap praktek – praktek pengguguran kandungan,namun disisi lain tontonan yang bersifat pornografi mereka memberlakukan aturan aturan secara ketat. Dalam contoh kasus tersebut kita menjadi paham dan mengerti tentang realita perilaku moral yang terjadi di Uni Soviet , tapi kita tidak memberikan masalah moral. Dalam situasi demikian , harus kita akui bahwa bagaimanapun manusia itu pada umumnya tahu akan adanya baik dan buruk terhadap suatu hal yang tidak boleh dan boleh dilakukan. Pengetahuan tentang baik dan buruk dalam perilaku manusia, disebut kesadaran etis atau kesadaran moral. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kesadaran moral yang sudah timbul dan berkembang adalah ungkapan kata hati. Tindakan (moril) manusia dalam situasi yang kongkrit tertentu berhubungan dengan kata hati yang menilai tindakan itu atas baik dan buruknya. Kata hati merupakan pengetrapan kesadaran moral tindakan etis yang tertentu dalam segala situasi. Selain itu contoh etika deskriptif seperti masyarakat jawa yang mengajarkan tatakrama kepada rang yang lebih tua.
2.         ETIKA NORMATIF
Etika normatif yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.Dalam perbincangan dan diskusi – diskusi yang acapkali ditampilkan dan diugkapakan di media masa baik cetak , elektronik maupun virtual, kaian Etika normative yang berkaitan dengan masalah moral maerupakan topik bahasan yang paling menarik. Berbeda dengan etika deskriptif yang bersifat penggambaran yang melukiskan sebuah peristiwa yang terjadi dan berkembang di masyarakat. Para ahli etika normative dalam bahasannya tidak bertindak sebagai penonton netral saja, tetapi yang bersangkutan melibatkan diri dengan kajian penilaian tentang perilaku manusia. Penilaian baik dan buruk mengenai tindakan individu atau kelompok masyarakat tertentu dalam etika normatif selalu dikaitkan dengan norma – norma yang dapat menuntun manusia untuk bertindak secara baik dan menghindarkan hal hal yang buruk sesuai dengan kaidah dan norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat.
Dalam pembahasan etika normative, seorang ahli memberikan suatu argumentasi argumentasi yang mengemukakan latar belakang mengapa suatu perilaku dianggap baik atau buruk sisertai analisis moral yang dianggap benar dan salah yang bertumpu kepada norma – norma atau prinsip prinsip etis yang dapat dipertanggungjawabkan baik secara keilmuan maupun empiris. Para hali memberikan penilaian objektif yang mempertimbangkan seluruh situasi dari



individu atau kelompok masyarakat yang melakukan suatu tindakan didasari acuan – acuan yang meliputi kondisi fisik, psikologi,pendidikan , budaya dan sebagainya.
Nilai Normatif adalah suatu hal yang preskretif (memerintahkan) , jadi merupakan suatuhal – hal yang tidak dapat ditawar – tawar lagi karena memberlakukan suatu kondisi perilaku individu atau kelompok masyarakat disadari oleh suatu penilaian moral. Kita ketahui bahwa etika memberikan pegangan dan orientasi dalam menjalani kehidupan kita di dunia ini. Artinya suatu tindakan manusia selalu mempunyai suatu tujuan tertentu yang ingin dicapainya. Artinya ada arah dan sasaran dari tindakan atas hidup yang dijalankan. Timbul pertanyaan : Apakah bobot moral atau baik buruknya suatu indakan terletak pada nilai moral tindakan itu sendiri ataukah terletak pada baik buruk serta besar kecilnya tujuan yang ingin dicapat itu. Kemudian kita dihadapi denhgan realita kehidupan yang memberikan kepada kita alternative pilihan untuk menyelamatkan keadaan , yang bisa menjadi argumentasi moral tentang baik dan buruknya perbuatan tersebut. Disini kita berhadapan dengan dua teori etika yang dikenal sebagai etika deontologi dan etika teleology.  Contoh dari Etika Normatif. Ada etika yang bersifat individual seperti kejujuran ,disiplin diri,mengerjakan tugas. Selain itu contoh etika normative adalah etika dalam berbisnis.
3.         ETIKA KHUSUS
Etika khusus, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud : Bagaimana saya mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang saya lakukan, yang didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar. Namun, penerapan itu dapat juga berwujud : Bagaimana saya menilai perilaku saya dan orang lain dalam bidang kegiatan dan kehidupan khusus yang dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan manusia bertindak etis : cara bagaimana manusia mengambil suatu keputusan atau tindakan, dan teori serta prinsip moral dasar yang ada dibaliknya.
4.         ETIKA PRIBADI
Menyangkut kewajiban dan perilaku manusia terhadap diri sendiri untuk mencapai kesucian kehidupan pribadi,kebersihan hati nurani dan yang berakhlak luhur. Perlu diperhatikan bahwa etika individual dan etika sosial tidak dapat dipisahkan satu sama lain dengan tajam, karena kewajiban manusia terhadap diri sendiri dan sebagai anggota umat manusia saling berkaitan. Contoh etika pribadi seperti seseorang yang berhasil dalam bidang usaha (wiraswasta) dan menjadi sesseorang yang kaya raya (jutawan). Ia disibukan dengan usahanya sehingga lupa akan dirinya untuk keperluan hal-hal yang tidak terpuji dimata masyarakat (mabuk-mabukan, suka menggangu ketentraman keluarga, dan orang lain). Dari segi usaha,memang ia berhasil emperkembangkan usahanya sehingga ia menjadi jutawan, tetapi ia tidak berhasil (gagal) dalam mengembangkan etika pribadinya.
5.         ETIKA SOSIAL
Mengenai kewajiban, sikap dan perilaku sebagai anggota masyarakat yang berkaitan dengan nilai sopan santun, tata krama dan saling menghormati. Etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan manusia baik secara langsung maupun secara kelembagaan (keluarga, masyarakat, negara), sikap kritis terhadap pandangan-pandangana dunia dan idiologi-idiologi maupun tanggung jawab umat manusia terhadap lingkungan hidup. Dengan demikian luasnya lingkup dari etika sosial, maka etika sosial ini terbagi atau terpecah menjadi banyak bagian atau bidang. Dan pembahasan bidang yang paling aktual saat ini adalah sebagai berikut :
1.     Etika keluarga
2.     Etika profesi
3.     Etika politik
4.     Etika lingkungan
5.     Etika idiologi
Contoh etika sosial seperti seseorang pejabat pemerintah (negara) dipercaya untuk mengelola keuangan negara.
Uang milik negara berasal dari rakyat dan untuk rakyat. Pejabbat tersebut ternyata melakukan penggelapan uang negara untuk kepentingan diripribadinya, dan tidak dapat mempertanggung jawabkan uang yang dipakainya itu kepada pemerintah. Perbuatan pejabat yang mempergunakan uang rakyat untuk kepentingan diri pribadi tersebut, adalah perbuatan yang merusak.
Moral berarti concerned with principles of right and wrong behaviour, or standard of  behaviour,sesuatu yang menyangkut prinsip benar dan salah dari suatu perilaku dan menjadi standar perilaku manusia.



Moral berasal dari bahasa latin moralis (kata dasar mos, moris) yang berarti adat istiadat, kebiasaan, cara, dan tingkah laku.
Bila dijabarkan lebih jauh moral mengandung arti; (1) baik-buruk, benar-salah, tepat-tidak tepat dalam aktivitas anusia, (2) tindakan benar, adil, dan wajar, (3) kapasitas untuk diarahkan pada kesadaran benar-salah, dan kepastian untuk mengarahkan kepada orang lain sesuai dengan kaidah tingkah laku yang dinilai benar-salah, (4) sikap seseorang dalam hubungannya dengan orang lain.
Tujuan Etika
Dua tujuan etika antara lain menilai perilaku manusiawi berstandar moral, dan memberikan ketepatan nasehat tentang bagaimana bertindak bermoral pada situasi tertentu.
Etika dan Ilmu
Etika sebagai kelompok filsafat merupakan sikap kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika sangat berkaitan dengan pelbagai masalah-masalah nilai (values) karena pokok kajian etika terletak pada ragam masalah nilai “susila” dan “tidak susila”, baik” dan “buruk”. Etika dalam konteks ilmu adalah nilai (value). Dalam perkembangan ilmu sering digunakan metode trial and error,dan dari sinilah kemudian sering menimbulkan permasalahan eksistensi ilmu ketika eksperimentasi ternyata seringkali menimbulkan fatal error sehingga tuntutan etika sangat dibutuhkan sebagai acuan moral bagi pengembangan ilmu. Dalam konteks ini, eksistensi etika dapat diwjudkan dalam visi, misi, keputusan, pedoman perilaku, dan kebijakan moral. ada empat klaster domain etika yang sangat dibutuhkan dalam eksperimen dan pengembangan ilmu, yaitu berupa (1) temuan basic research, (2) rekayasa teknologi, (3) dampak sosial pengembangan teknologi, serta (4) rekayasa sosial.30 Dari empat klaster tersebut akan melahirkan integritas profesionalitas, tanggungjawab ilmuwan, tanggungjawab terhadap kebenaran, hak azasi manusia, hak masyarakat, dan sebagainya. Temuan basic research;beberapa contoh yang berkaitan dengan basic researchadalah penemuan DNA sebagai konstitusi genetik makhluk hidup. Ketika ditemukan tentang DNA unggul dan DNA cacat, dan pada saat dikembangkan pada wilayah kehidupan alam seperti DNA pohon jati unggul dipergunakan untuk memperluas dan meningkatkan reboisasi, maka hal ini tidak menemukan masalah. Demikian juga penemuan ilmu tentang kloning, ilmu tidak mengalami kendali etika ketika hanya merambah eksperimen pada hewan, semisal rekayasa domba masa depan agar dapat memberi protein hewani pada manusia yang semakin bertambah dengan cepat juga belum bermasalah. Namun demikian, ilmu tentang pengembangan DNA dan kloning kelas akan tidak mempunyai nilai etika,jika masuk domain manusia. Temuan Rekayasa Teknologik;thalidomide, suatu temuan obat tidur yang telah diadakan uji klinis pada binatang, tetapi tidak untuk manusia. Posisi ilmu tidak mengalami masalah etik. Dalam perkembangan selanjutnya, apabila thalidomide digunakan oleh ibu mengandung memasuki bulan kedua dan terbukti dapat mengakibatkan bentuk janin bayi menjadi tidak normal, maka uji klinis pun mesti diperketat. Dampak Sosial Pengembangan Teknologi; ada dua dampak sosial yang kemungkinan dihadapi dalam pengembangan teknologi, individual atau sosial secara keseluruhan. Misalnya DNA sebagai konstitusi genetik makhluk hidup maka dapat memberi dampak pada martabat manusia, khususnya nilai-nilai perkawinan yang dapat melahirkan keturunan yang diakui oleh agama.
Demikian juga dengan ilmu kloning, jika hanya dengan maksud untuk meningkatkan kualitas manusia, justru akan menghancurkan martabat manusia. Bom atom nuklir yang menjadi ancaman seluruh manusia merupakan akibat penemuan energi partikel alpha radioaktif yang dipergunakan secara destruktif yang semestinya untuk keperluan medis dan alternatif energi listrik. Sebagai contoh ketika terjadi di Nagasaki dan Hirosima Jepang yang luluh lantak akibat dibom atom oleh Amerika Serikat pada Akhir Perang Dunia II tahun 1945. Rekayasa Sosial; salah satu dari rekayasa sosial adalah pemupukan kepercayaan terhadap pemikiran yang monolitik, seperti sistem monarkhi demi pelanggengan kekuasaan, sistem kapitalisme dan sosialisme, sistem kasta yang mentabukan perkawinan antarkasta, dan lain sebagainya.Dari empat klaster berikut contoh-contoh yang dikemukakan menunjukkan bahwa etika dalam pendekatan filsafat ilmu belum muncul kalau hanya pada wilayah epistemologik, namun membicarakan aksiologik keilmuan, mau tidak mau etika harus terlibat.  Etika akan membawa pada perkembangan ilmu untuk menciptakan suatu peradaban yang baik,bukan menciptakan malapetaka dan kehancuran. Misi ilmu tidak sejalan dengan yang dikatakan Bacon bahwa “knowledge is power”,pengetahuan sebagai kekuatan. Siapa yang ingin menguasai alam semesta maka harus menguasai ilmu.  Akan tetapi, yang kurang bijaksana adalah jika manusia menguasai alam dan memperlakukannya tanpa memperhitungkan




norma-norma etis dalam hubungannya dengan alam. Apa yang terjadi? Banyak sekali terjadi kerusakan lingkungan hidup yang pada gilirannya akan mengancam kelangsungan hidup manusia juga. Oleh karena hubungan manusia dan alam tidak bersifat instrinsik  osmologis tetapi juga etis- epistemologis.


BAB II. ETIKA POLITIK

A.             Penjelasan Etika Politik
Etika politik adalah filsafat moral tentang dimensi politis kehidupan manusia, maka etika politik berarti suatu standar nilai yang disarikan dari nilai-nilai kemanusiaan untuk dijadikan sebagai kerangka acuan teoritik dalam mempersoalkan dan menjelaskan legitimasi politik serta budaya politik masyarakat. Dengan demikian etika politik mempertanyakan tanggungjawab dan kewajiban manusia sebagai manuisa, dan bukan hanya sebagai warga terhadap negara, hukum yang berlaku dan sebagainya.
Fungsi etika politik dalam masyarakat terbatas pada penyediaan alat-alat teoritis untuk mempertanyakan serta menjelaskan legitimasi politik secara bertanggung jawab. Jadi tidak berdasarkan emosi, prasangka, dan apriori, melainkan secara rasional, obyektif dan argumentatif. Jadi etika politik tidak dapat langsung mencampuri politik praktis, sebagaimana etika pada umumnya tidak dapat menetapkan apa yang harus dilakukan seseorang. Tugas etika politik adalah subsider; membantu agar pemahaman masalah-masalah ideologis dapat dijalankan secara obyektif, artinya berdasarkan argumen-argumen yang dapat dipahami dan ditanggapi oleh semua yang mengerti permasalahan. Etika politik tidak dapat mengkhotbahi para politikus, tetapi dapat memberikan patokan-patokan orientasi dan pegangan-pegangan normatif bagi mereka yang memang mau menilai tatanan dan kehidupan politik dengan tolok ukur martabat manusia. Politikus profesional yang negarawan, itulah idaman setiap rakyat yang akan membawa aspirasi, dan memperbaiki nasibnya. Rakyat yang secara alamiah memahami politik melalui proses pemilihan umum, rakyat mengawasi dan menilai setiap kegiatan politik. Alhasil, tidak mustahil terjadi pergolakan dan tindakan-tindakan kekerasan, melanggar hukum dan sejenisnya dalam
kegiatan politik, baik karena ketidak tahuan, maupun acapkali karena terkena hasutan para politikus yang tidak menggunakan etika. Seorang politikus yang profesional adalah seorang yang cakap membawa aspirasi masyarakat dengan isu-isu yang mencuat kepermukaan yang perlu dipecahkan ke arena politik dengan menggunakan etika politik. Digunakan judul "Berpolitik Yang Profesional" menunjukkan dan menekankan pada proses politik, yaitu "Berpolitik" dan lebih mengena daripada "Politikus yang Profesional" yang menunjukkan dan menekankan pada subjeknya, yaitu orangnya. Hasil dari "Berpolitik yang Profesional" (proses) diharapkan lebih terjamin profesional daripada politikus yang professional, karena mungkin prosesnya tidak profesional. Hanya politikus yang professional yang dapat melakukan proses yang profesional. Seorang politikus yang professional harus memahami masyarakat, bangsa dan negaranya, demikian pula demokrasi, HAM, peraturan perundangundangan tentang Pemilu, Partai Politik, Visi dan Misi bangsa serta etika politik. Piet Go O Carm, dkk dalam buku Moral Politik (2004) menyatakan: jika The Common Good sebagai prinsip etika politik mewajibkan setiap warga negara atau warga masyarakat untuk menggapai jabatan publik dan institusi sosial politik sebagai instrumen untuk mengupayakan hidup baik untuk bersama dan setiap orang. Konsep ini Mengandung beberapa tuntutan:
a.      Prinsip The Common Good menentang politik identitas sempit, yakni partai atau program politik yang hanya memperjuangkan kepentingan atau kesejahteraan bagi kelompok identitas tertentu.
b.       Prinsip The Common Good sebagai prinsip etika politik melawan politik simbolis, yakni
politik yang mengandalkan daya simbolis dari sesuatu yang berkaitan dengan agama atau unsur kebudayaan tertentu.
c.      Prinsip The Common Good mewajibkan semua lembaga pemerintahan dan lembagalembaga perwakilan rakyat untuk benar-benar dekat dengan rakyat, memberi kondisi riel masyarakat, dan mengangkat kondisi riel masyarakat, mengambil kebijakan yang memenuhi kepentingan rakyat.
d.      Prinsip The Common Good dapat menjadi dasar moral bagi birokrat atau pegawai negeri meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan publik. Prof. Dr. J.E. Sahetapy Guru Besar Universitas Airlangga, Ketua


        

         Komisi Hukum Nasional Republik Indonesia dalam makalahnya berjudul " Moral dan Sopan Santun Politik " menyatakan, di zaman otokratiknya Suharto dimana tampaknya semua serba teratur dan seolah-olah ada kedamaian, para politisi dan birokrat sesungguhnya hanyalah pion-pion belaka yang dikendalikan melalui ancaman yang terselubung. Dengan perkataan lain, para politisi seperti memiliki moral dan "fatsoen politik" (sopan santun politik). Ia lebih jauh menjelaskan bahwa moralitas fatsoen, ataupun sopan santun politik di DPRD-DPRD sudah hilang tak terbekas.

Prinsip Dasar Etika Politik:
1.         Prinsip bersikap baik terhadap siapa dan apa saja yang ada, prinsip ini terwujud dalam prinsip kesejahteraan umum yang mempunyai relevansi politik tinggi, yang berisi bahwa semua tindakan dan kebijaksanaan harus demi keuntungan sebesarbesarnya dari orang sebanyak-banyaknya asal saja tidak melanggar hak dan keadilan. Prinsip ini menuntut suatu pengetahuan tepat tentang realitas supaya dapat diketahui apa yang masing-masing baik bagi yang besangkutan.
2.         Prinsip dasar kedua adalah prinsip keadilan yang mengatakan bahwa kita wajib untuk memberlakukan semua orang dengan adil, artinya menghormati hak-hak dan memberikan perlakuan yang sama dalam situasi yang sama. Adil pada hakekatnya berarti bahwa kita memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya.tuntutan dasariyah keadilan ialah perlakuan yang sama terhadap semua orang.
3.         Prinsip menghormati keutuhan manusia, prinsip ini menuntut tanggung jawab manusia terhadap dirinya sendiri, bahkan demi tujuan yang baik ia jangan pernah membiarkan diri dipakai sebagai alat saja, diperas, diperkosa dan diperbudak. Prinsip ini berdasarkan faham bahwa manusia adalah person, pusatberpengertian dan berkehendak yang memiliki kebebasan dan suara hati, makhluk berakal budi. Prinsip-prinsip ini mempunyai implikasi-implikasi yang sangat relevan untuk etika politik, misal bahwa semua orang harus diperlakukan sama dalam martabat mereka sebagai manusia, dan sebagai manusia mereka harus diperlakukan sama dalam masyarakat dengan hak-hak dasar yang sama. Serta berhak atas kebebasannya yang dibatasi oleh kebebasan yang sama luasnya dari setiap anggota masyarakat demi kepentingan bersama. Disamping itu bahwa kebaikan dan keadilan yang ditunjukan kepada orang lain perlu diimbangi dengan sikap yang menghormati diri sendiri sebagai makhluk yang bernilai pada dirinya sendiri.
PANDANGAN AGAMA TENTANG ETIKA POLITIK
1.   Etika Politik Kristiani
Mark Hatfield, seorang pendeta dalam makalahnya menjelaskan: sejak mulanya, bangsa Amerika telah dipengaruhi oleh iman Kristen. Pada Constitutional Convention tahun 1787, doa dipanjatkan oleh para pemimpin untuk meminta hikmah dan petunjuk bagi pembentukan sebuah negara republik. Politisi juga memperhatikan masalah rohani di bidang penatalayanan. Jika anggota gereja berbicara mengenai sistem pajak yang tidak adil yang penuh dengan ketimpangan, berarti juga berbicara masalah rohani tentang keadilan dan kejujuran.
`  Bila berbicara mengenai kecurangan politik, berarti umat sedang berbicara mengenai persoalan-persoalan rohani, kejujuran dan integritas. Norman Geisler dalam makalahnya menjelaskan, sebagai orang Kristen yang beriman, semua dipanggil supaya menjadi terang di tempat yang gelap, menjadi garam yang menembusi dunia yang busuk ini. Yakobus 4:17 berkata: "Jadi jika seseorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa.
2.  Etika Politik Katolik
Etika Politik Katolik menurut Piet Go O Carm, dkk dalam buku Etos dan Moral Politik, mengatakan "berpolitik adalah pengabdian untuk mengupayakan bonum cammune (kesejahteraan umum). Ini menyangkut orang banyak, bukan hanya orang per orang atau kelompok. Tujuannya adalah mensejahterakan seluruh bangsa bahkan sebagian besar umat manusia.
3.    Etika Politik Protestan
Bisakah dua orang Kristen mempunyai pandangan politik yang berbeda, tetapi secara moral keduanya benar? Menurut Tom Minnery dalam makalah "Perbedaan Politik dan Kesatuan Moral" Sudah tentu bisa. Sebagai orang Kristen, panggilan supaya membumbui masyarakat tempat tinggal dengan garam hikmat moral, garam keadilan dan garam belas kasihan. Hukum, tradisi, seluruh kebudayaan seharusnya diperbaiki oleh kebajikan orang-orang




Kristen yang hidup di dalamnya dan yang menyodorkan pengaruh kesalehan mereka kepada masyarakat Setiap kali
orang-orang Kristen berusaha mempengaruhi masyarakat agar menuju kebaikan, mereka ternyata terlibat dalam bidang poliitk, karena di negara demokrasi, arena politik adalah tempat permasalahan umum untuk diperdebatkan dan diselesaikan. Dan dalam praktek politik, ada banyak jalan untuk mencapai tujuan yang sama. Jadi tidak mengejutkan bila orang Kristen, yang berjuang dengan tujuan moral yang sama, mempunyai strategi politik yang berbeda dalam mencapai tujuan tersebut. Contohnya, semua orang Kristen setuju bahwa manusia, yang diciptakan menurut gambar Allah, tak ternilai harganya dan seharusnya dihindarkan dari kengerian perang nuklir.
Bagaimanapun, apakah ada tindakan menolak ciptaan Allah yang lebih dahsyat daripada tindakan membinasakan ciptaan itu? Demikianlah banyak orang Kristenmenjadi sangat prihatin atas perlombaan senjata nuklir di Amerika dan di seluruh dunia.  Di dalam panggung ilmu politik dan politik praktis, istilah etika mendapat tempat yang penting. Etika berasal dari kata etic, Inggris, yang artinya nilai, moral, sopan santun.
Bila etika dipisahkan dari politik maka akan terjadi penindasan, pemaksaan, menghalalkan segala cara, yaitu politik sebagai alat untuk melakukan segala sesuatu yang baik atau buruk, tanpa mengindahkan kesusilaan. Hanya dengan jalan menjalankan kesusilaan, moralitas sebagai dasar politik, maka dapat diharapkan akan adanya politik yang mengindahkan aturan-aturan permainan, apa yang harus dilakukan apa yang wajib dibiarkan atau tidak boleh dilakukan.
Bagi Bangsa Indonesia, Etika Politiknya harus mengakar pada etika bangsa, yang sudah menjadi TAP MPR tahun 2001, yang bersumber dari nilai-nilai hukum bangsa, agama, budaya bangsa, dan juga dari universal. Etika Bangsa Indonesia. Dalam upaya menata panggung politik bangsa sekaligus menata kehidupan nasional setelahpaska Soeharto, maka pada Sidang Majelis Permusyarawatan Rakyat Republik Indonesia (MPRRI) tahun 2001 menetapkan "Etika Kehidupan Bangsa". Ketetapan ini tertuang dalam TAP MPR RINo.VI/MPR/2001. Ketetapan ini menginstruksikan Presiden dan Lembaga Tinggi Negara sertamasyarakat untuk melaksanakan ketetapan Etika kehidupan nasional dalam penyelengaraankehidupan berbangsa. Etika kehidupan berbangsa merupakan rumusan yang bersumber dari ajaran agama, khususnya yang bersifat universal, dan nilai-nilai luhur budaya bangsa yang tercermin dalam Pancasila sebagai acuan dasar dalam berpikir, bersikap dan bertingkah laku dalam kehidupan berbangsa, bermasyarakat dan bernegara.
Pokok-pokok etika dalam kehidupan berbangsa mengedepankan kejujuran, amanah, keteladanan,sportifitas, disiplin, etos kerja, kemandirian, sikap toleransi, rasa malu, tanggung jawab, menjagakehormatan serta martabat diri sebagai warga bangsa.
Etika kehidupan berbangsa dalam TAP MPR 2001 ini, diuraikan secara lengkap, meliputi Etika Sosial dan Budaya, Etika Politik danPemerintahan, Etika Ekonomi dan Bisnis, Etika Penegakan Hukum yang Berkeadilan, EtikaKeilmuan dan Etika Lingkungan.

4.    Etika Politik Islam
Prof. DR. Azyumardi Azra, MA dalam kata pengantar buku Faizal Baasir berjudul: "ETIKA POLITIK, Pandangan Seorang Politisi Muslim" mengatakan: kemorosotan etika politik merupakan masalah terbesar yang di hadapi Indonesia sejak reformasi, menyusul jatuhnya Presiden Soeharto dari kekuasaan pada Mei 1998. Kemerosotan etika politik ditandai dengan semakin luasnya KKN, politik uang, sampai pada demontrasi-demontrasi massa yang sering tidak memperhatikan etika politik, out of control dan berubah menjadi anarkis. Lebih jauh ia mengatakan bahwa dariprespektif Islam gejala kemerosotan ini juga terjadi di elite politik pada umumnya. Tradisi adat dalam Islam pada dasarnya mempresentasi moral terhadap etika dan moralitas. Para pemikir politik Islam (fiqih siyasah) menulis tentang tradisi adat yang mereka tujukan kepada hubungan antara penguasa terhadap rakyatnya, antara rakyat dan penguasanya dan sesama rakyat dan seterusnya.
Menurut Faisal Baasir beberapa prinsip ajaran Islam yang dapat dijadikan etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini antara lain meliputi kekuasaan sebagai amanah, musyawarah, prinsip keadilan sosial, prinsip persamaan, pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak azasi manusia, prinsip peradilan bebas, prinsip perdamaian dan keselamatan, prinsip kesejahteraan, prinsip ketaatan rakyat.





Etika Politik Kristen
Pada umumnya etika Kristen mendasarkan diri pada pemikiran Paulus sebagaimana terdapat dalam Roma 13:1 -7. Di situ Paulus berbicara tentang hubungan umat beriman dengan pemerintah (kaisar). Namun krisis Naziisme telah menyentak pemikiran etika politik kristen di Eropa, dan menyadarkannya bahwa perikop itu saja tidaklah memadai untuk sebuah dasar etika politik. Karena terbukti dalam sejarah bahwa tidak selalu penguasa itu representasi dari Allah. Tidak tertutup kemungkinan penguasa politik justru menjadi representasi dari kuasa Iblis ketimbang Allah. Oleh karena itu pendasaran biblis atas etika Kristen perlu mulai dievaluasi dan direvisi. Tidak berarti bahwa perikop itu tidak berlaku lagi. Melainkan diperlukan suatu pemahaman yang lebih mendasar dan komprehensif. Dalam kesempatan yang amat terbatas ini tidak mungkin kita membicarakan secara mendetil etika Kristen dalam bidang politik. Oleh karena itu di sini hanya akan dipaparkan beberapa prinsip dasar dalam perumusan etika Kristen dalam bidang politik. Untuk itu saya akan merujuk pada hasil-hasil konsultasi yang diadakan oleh WCC di Cyprus yang membicarakan masalah etika politik tersebut. Dalam konsultasi itu disepakati beberapa hal penting dan mendasar berkaitan dengan pokok pembicaraan kita, yaitu:
1.     Perlunya pemahaman yang holistik mengenai kesaksian alkitabiah Seperti telah disinggung di atas bahwa pendasaran etika Kristen hanya pada bagian-bagian tertentu saja dari kesaksian Alkitab, tidaklah memadai. Oleh karena itu diperlukan suatu pendekatan dan pemahaman yang lebih holistik atas isi Alkitab. Pendekatan yang holistik akan menolak segala bentuk absolutisasi atas bagian-bagian tertentu dalam Alkitab, menerima dan menggunakan secara kreatif kepelbagaian kontekstual, dan fokus utama pada kesaksian biblis tentang Yesus Kristus dan Kerajaan Allah. Penekanan atas keutuhan dan keseluruhan Alkitab tidak berarti mengabaikan berbagai tekanan yang terdapat pada bagian-bagian tertentu dalam Alkitab.
2.     Keterkaitan antara yang historis dengan yang eskatologis Umat beriman yang hidup di dalam dunia ini berada dalam konteks sejarah. Ia bagian dari sejarah dan dengan demikian menjadi bagian pula dari realitas politik yang ada baik lokal maupun global. Namun pada saat yang sama setiap orang beriman juga hidup dalam janji dan pengharapan eskatologis. Tugas umat beriman adalah menjaga ketegangan ini secara kreatif. Benar bahwa kedua realitas ini berbeda; segala tindakan manusia dalam sejarah bersifat relatif, dan semuanya itu harus dilihat dalam terang tindakan Allah yang akan menggenapi janji eskatologisNya. Oleh karena itu segala tindakan politik umat beriman juga harus senantiasa dilakukan dalam terang dan mengacu pada janji eskatologis Allah yang akan menghadirkan KerajaanNya secara sempurna.
3.     Dua simbol kunci Dua simbol kunci penting dalam rangka memahami etika politik Kristen adalah, pertama, simbol yang diambil dari Perjanjian Lama, yaitu komunitas perjanjian (covenant community). Simbol ini melambangkan hubungan yang baik antara Allah dengan umatNya. Dan relasi tersebut menjadi dasar dari pemahaman (alkitabiah) tentang keadilan, kebenaran dan perdamaian (shalom). Simbol yang kedua adalah kerajaan atau komunitas mesianis (messianic community or kingdom). Sekalipun simbol kedua ini berakar pada simbol yang pertama, namun ia juga memiliki identitas dan integritas sendiri. Kerajaan mesianis adalah komunitas mesianis dari suatu perjanjian baru di dalam Yesus Kristus. Dan ia mengarah pada suatu komunitas tanpa kekuasaan untuk mendominasi, dan komunitas yang di dalamnya janji Allah untuk tinggal di antara umatNya tergenapi, sehingga umat memerintah bersama dengan Mesias.
Manifestasi dari komunitas ini bermuara pada salib Kristus, Mesias yang menderita. Inilah simbol eskatologis dan ia tidak bisa diubah begitu saja ke dalam ideologi politik dalam realitas historis. Tetapi simbol ini penting untuk menjaga agar supaya umat beriman tetap memiliki perspektif kritis dalam menafsirkan sejarah politik dan memelihara suatu visi yang berpengharapan yang melampaui pengharapan - pengharapan historis.

SITUASI POLITIK 
LATAR BELAKANG SEJARAH POLITIK DALAM PB

Sejarah politik ketiga peradaban besar di dunia, yaitu Persia, Yunani, dan Romawi memiliki sejarah yang cukup panjang dan cukup berpengaruh bagi perkembangan peradaban manusia. Ketiga peradaban besar ini bahkan sedikit banyak mempengaruhi peradaban manusia saat ini. Salah satunya adalah perkembangan dua agama monoteis terbesar, yaitu Yahudi dan Kekristenan. Yahudi dan Kekristenan sendiri tumbuh dan berkembang pada masa kekuasaan ketiga peradaban ini. Khusus untuk Kekristenan mula-mula, sangat dekat dengan kekaisaran Romawi dengan corak Helenisnya.






Untuk kerajaan Persia dan Yunani memang tidak dekat pengaruhnya tetapi secara tidak langsung juga memberikan dampak yang cukup besar karena Romawi menyerap kebudayaan dan corak-corak dari dua kerajaan ini. Kerajaan Persia dan Yunani mungkin lebih mempengaruhi dalam perkembangan bangsa Israel sendiri yang nantinya akan berkembang menjadi bangsa Yahudi yang tidak lain dan tidak bukan adalah “wadah” Kekristenan tumbuh dan berkembang.  

I. ASIA KECIL SEBELUM ALEXANDER
A.    Persia
Benang merah antara jaman Perjanjian Lama dengan masa Helenis pada Perjanjian Baru adalah eksistensi Kerajaan Persia. Raja-raja Persia cukup memberikan pengaruh terhadap kehidupan kekristenan mula-mula antara lain: Koresy yang membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Babel setelah mengalahkan kerajaan Babel dan membangun kembali Bait Allah, Kambises memperluas kerajaan sampai ke Mesir, Darius pada masa pemerintahannya merupakan masa kejayaan Persia, Xerxes adalah raja yang diduga disebut dalam Ester dengan nama Ahasweros; dia juga menginvansi Yunani yang akhirnya dilawan oleh Leonidas dari Sparta, Artaxerxes adalah raja yang diduga ada dalam kitab Nehemia.



Raja-raja tersebut beberapa ada dalam narasi kitab para nabi. Hal tersebut membuktikkan bahwa eksistensi kerajaan Persia dalam perkembangan kekristenan cukup memberikan andil besar. 

B.     Yunani
Yunani sendiri cukup memberikan pengaruh pada kekristenan mula-mula mulai dari politik sampai pada bidang-bidang dalam kehidupan sehari-hari.Menyerahnya Persia menimbulkan dampak yang berkelanjutan.Kemenangan Yunani atas Persia merupakan sebuah bentuk simbolisasi kememangan bangsa yang beradab melawan barbarisme. Dengan mulai berkuasanya Yunani, maka pada abad ke 5 SM Yunani menjadi sebuah figur politik. Yunani sendiri memiliki banyak pemikir-pemikir genius yang pada suatu saat nanti akan memunculkan masa perkembangan pendidikan yang pesat yang diasosiasikan dengan para kaum Sofis.
Warisan-warisan dari Yunani sendiri bersifat sekuler termasuk agama sekulerisme. Tidak ada batasan antara yang profan dan yang ilahi. Struktur organisasi Yunani sendiri terkenal dengan polis. Polis merupakan sebuah kota yang independen yang di dalamnya peran individu sangat dihargai. Ada dua poros pandangan bagi corak kepemimpinan di Yunani, yaitu demokrasi di Athena dan oligarki di Sparta. Pada abad ke 4 SM, muncul lah Alexander Agung yang membawa banyak perubahan (positif) bagi Yunani dan sekitarnya. Salah satu yang menonjol adalah pengaruh dalam hal intelektual. Meskipun pada akhirnya nanti Yunani runtuh dan digeser oleh Romawi, yang paling bisa bertahan adalah kebudayaan Yunani itu sendiri. Kebudayaan Yunani terus bertahan dengan corak Helenisme yang kuat. Kebudayaan ini terus bertahan dan bahkan berkembang seiring dengan ekspansi Romawi. Kebudayaan inilah yang nantinya mewarnai perkembangan Kekristenan. Tidak heran jika bahasa Yunani Kuno (koine) masih digunakan sampai pada masa rasul Paulus dalam menyebarkan Kekristenan dan pada masa-masa setelahnya. 

II. ALEKSANDER AGUNG
Kerajaan Makedonia merupakan kerajaan yang berada di wilayah Balkan. Kerajaan Makedonia ini memiliki raja yang bernama bernama Philip dari Makedonia. Di bawah pemerintahan Philip dari Makedonia, orang-orang Makedonia hidup dalam hura-hura, perkelahian, minum-minuman keras, dan penderitaan. Kemudian kerajaan dipimpin oleh Philip II (359-336 SM), di mana tahta itu didapatkan karena beliau berhasil memenangkan pertempuran Kharronea pada tahun 338 SM. Kemudian kondisi sosial yang buruk pada masa Philip dari Makedonia itu berbalik ketika pemerintahan Philip II, karena beliau berupaya memperkenalkan kebudayaan Yunani kepada masyarakat melalui pendidikan. Pada masa pemerintahannya, Philip II menjadi pemimpin liga dalam pertempuran kekaisaran Persia. Pada akhirnya, Philip II meninggal dalam perang pada tahun 336 SM. 
Setelah kematian Philip II, Aleksander (356-323 SM) mewarisi tahta ayahnya. Aleksander secara khusus dididik oleh Aristoteles, yang dihadirkan khusus oleh ayahnya, Philip II. Aleksander juga mewarisi rencana Philip II, yaitu menyerang Persia. Upaya Aleksander untuk menyerang Persia, yaitu melalui Thebes (Mesir) dan beberapa kota Yunani di Asia Minor. Selanjutanya Aleksander mendapatkan gelar “Raja Agung” (“Great King”) ketika beliau berhasil mengalahkan Darius II dari Persia. Dalam perjalanan penaklukkan ke Persia, Aleksander berupaya untuk berekonsiliasi dengan orang asli dan mendirikan kota-kota Yunani. Rekonsiliasi dan adanya kota-kota Yunani inilah yang menjadi pusat difusi kebudayaan Yunani berkembang secara bebas. Aleksander juga membangun kuil-kuil dewa-dewi Yunani yang berdampingan dengan dewa-dewi asli dari suatu kota atau wilayah. “Sebuah hasrat membuatnya(Aleksander) tertangkap”, cerita-cerita kuno menceritakan Aleksander demikian. Aleksander memiliki keterampilan yang diakui dalam tindakan, motivasi personalnya, dan kemampuan berstrateginya.  Ada sepuluh dampak yang ditimbulkan melalui kepemimpinan Aleksander, antara lain:
1)    Melalui adanya ekspansi Yunani ke luar negri maka jumlah orang Yunani di luar negri pun cukup meningkat, oleh karena itu 2) kebudayaan Yunani semakin berkembang dan meluas ke negeri-negeri lain dengan cepat oleh karena ekspansi militer Aleksander. 3) Dalam segi ekonomi sangat banyak kemajuan bahkan Aleksander membuat mata uang sendiri yang terbuat dari perak berbentuk koin. 4) Bahasa Yunani menyebar lebih jauh, orang-orang mulai berbicara dengan bahasa Yunani. 5) Alam pikir dari Yunani diterima oleh orang-orang non Yunani juga. 6) Dalam segi pendidikan menjadi lebih baik. Literasi dan pendidikan menyebar dengan luas. 7) Adanya penyebaran dewa-dewi Yunani dan tradisi kultis. Dewa-dewi Yunani diidentifikasikan dengan dewa-dewi asli suatu bangsa tertentu. 8) Munculnya filsafat dalam memahami cara hidup, hal ini dipengaruhi oleh kaum Sofis daan Sokrates. 9) Adanya pembangunan sosial yang berbasis pada polis. 10) Semakin meningkatnya individualisme. Individualisme dilihat sebagai sebuah oposisi  terhadap universalisme.










III. KERAJAAN HELENIS
A.    Diadoke
Aleksander membagi wilayah-wilayahnya kepada saudara dan anak-anaknya dari istrinya Roksan. Setelah tahun 305 SM, Masa Helenis dimulai dalam serangkaian aliansi yang rumit dan pertempuran. Anak Aleksander, Cassander memerintah wilayah Makedonia. Lysimachus memerintah Thrace; Ptolemaik I memerintah wilayah Mesir; dan Antigonus I beroperasi di wilayah Asia. Kemudian ada pertempuran Ipsus di tahun 301 SM yang sengaja diprakarsai oleh Antigonus I demi mendapatkan wilayah yang semakin luas. Pada tahun 280 SM, yang tersisa hanya tiga dinasti saja, yaitu Ptolemaik di Mesir; Seleukid yang memerintah dari wilayah Persia, Siria sampai Asia kecil; dan Antigonid yang memerintah Makedonia. Sebuah dinasti keempat juga berdiri, tetapi tidak tidak secara langsung terhubung dengan Aleksander, yaitu Attalids dari Pergamum. Attalids dari Pergamum ini berkembang di tengah-tengah perkembangan Seleukid. Dalam kerajaan Helenis, posisi raja menjadi posisi yang sangat penting, sebab raja berperan penting perkembangan tradisi pemerintahan. Dalam hal ini, kelompok dapat menduga bahwa jika raja memiliki peranan penting dalam tradisi pemerintahan, maka dapat diduga bahwa ketika raja berganti, maka tradisi pemerintahan pun juga dapat berganti, mengikuti tradisi dan kebijakan raja yang baru. Jika dugaan di atas benar, maka keadaan politik kerajaan itu tidak terlalu stabil karena dimungkinan adanya perubahan dan kebijakan yang baru dalam roda pemerintahan. Pada akhirnya, kerajaan Helenis ditaklukkan oleh Roma, melalui perang Punik kedua.

B.     Ptolemaik-Mesir
Setiap raja-raja Mesir dalam masa Helenis dinamakan sesuai dengan pendirinya. Di Mesir, Ptolemaik merupakam gelar yang disandang oleh para raja. Gelar Ptolemaik dilangsungkan hingga Ptolemaik XV. Selanjutnya pada ratu kerajaan bergelar Kleopatra. Mengenai kerajaan Ptolomaik-Mesir ini, kelompok hanya menjelaskan secara garis besar, poin penting apa saja yang dapat menjadi informasi berharga.
Pertama, Ptolemaik I Soter (367-283 SM). Beliau membangun dasar politik yang kuat dalam hal peraturan, militer, dan administrasi kerajaan. Beliau juga mulai mengembangkan budaya dengan membuat perpustakaan di Aleksandria. Kedua, Ptolemaik II Philadelphus (308-246 SM). Sebelum Ptolemaik I meninggal, rupanya beliau telah memberikan tahtanya kepada Ptolemaik II. Hal ini dapat terlihat dari tahun Ptolemaik II mendapatkan tahta kerajaan. Namun menurut Ferguson Ptolemaik II ternyata baru secara sukses dan efektif memerintah Mesir pada tahun 285 SM. Beliau berhasil mengokohkan sisi ekonomi dan budaya yang dimulai oleh Ptolemaik I. Ptolemaik II berupaya menyelesaikan desain kota Aleksadria, perpustakaannya, dan bangunan museum. Pada tahun 200 SM Aleksandria menjadi kota terbesar di kawasan Mediterania. 
Pada perkembangan selanjutnya para Ptolomaik  membuat Aleksandria menjadi semakin hebar dalam perkembangan intelektualitas, dan Aleksandria pun memberikan pengaruh sejarah religius yang berkembang di kawasan Mediterania. Para Ptolomaik tidak hanya mendirikan kota Aleksandria saja, tetapi juga kota lain, seperti Naukratis dan Ptolemais.Kelompok berpendapat bahwa letak Aleksandria yang strategis, yaitu kota pelabuhan, maka dapat diduga bahwa kota Aleksandria ini menjadi salah satu kota yang penuh sesak karena (pasti) menjadi kota perdagangan dari Yunani ke Asia, dan sebaliknya. Oleh karena kota ini merupakan (salah satu) pusat pendidikan dan perdagangan, maka banyak orang baik dari Asia maupun dari Yunani atau pun dari negeri lain yang datang ke Aleksandria sehingga kota ini juga menjadi kota penting tempat penyebaran budaya Yunani lebih luas lagi. 
Kejatuhan kerajaan Mesir ke bangsa lain itu ketika Ptolomaik berkuasa atas Palestina, Siprus, beberapa pulau Aegean, dan sebgaian kecil di Asia kecil. Oleh karena luasnya kerajaan ini, maka pasukan militer yang ada tidak ditempatkan secara merata dan hanya berpusat bukan di kota-kota penting. Ketika pertempuran terjadi, kota-kota pun jatuh ke tangan penjajah yang baru. Pada tahun 168 SM, ada intervensi dari Roma, dan pada akhirnya Roma menguasai kerajaan Mesir dan menjadikan Mesir sebagai sebuah provinsi.

C.     Seleukid-Siria
Seleukid I Nikator (358-280 SM) merupakan anak dari Antiokus, orang Makedonia. Oleh karena itu gelar kerajaan Seleukid adalah Seleukid dan Antiokus. Kerajaan Seleukid ini mendapatkan wilayah Babelonia, setelah Aleksander Agus meninggal. Pada proses sejarah selanjutnya, kerajaan ini sering diwarnai dengan pertempuran di kawasan Mesopotamia. Walaupun bersaudara dengan kerajaan Ptolemaik-Mesir, tetapi mereka tetap saling bertempur demi mendapatkan wilayah yang lebih luas lagi. Pada suatu waktu, Seleukid hampir mendapatkan kerajaan Mesir, tetapi gagal karena adanya intervensi dari Roma. 
Wilayah Seleukid melibatkan kuil-kuil kuno yang ada di Siria dan Asia. Kawasan Mesopotamia memang merupakan kawasan yang berpusat pada kuil. Oleh karena itu pendeta-pendeta kuil mempunyai dominasi yang kuat dalam kancah politik dan ekonomi, termasuk kecurangan-kecurangan yang mereka lakukan. Hal yang mengejutkan orang-orang Seleukid yang merupakan keturunan orang Yunani adalah adanya penuh sesak di kuil budak dan prostitusi kudus yang dilayankan demi pemujaan terhadap dewa-dewi. Artemis dari Efesus, misalnya, adalah dewa kesuburan menurut tradisi Yunani, kemudian diadopsi oleh masyarakat secara luas. Padahal seharusnya kuil Artemis ini hanya ada di kota-kota Yunani saja. Kemudian di kawasan Yudea ada tradisi kuil-negeri. Kuil negeri ini, seperti halnya mesjid agung di sebuah kota di Indonesia. Kuil negeri ini besar dan luas dan menjadi pusat peribadatan masyarakat. Seleukid beruapaya untuk memperkenalkan tradisi Helenis kepada wilayah-wilayah Seleukid melalui kota-kota Yunani. Zeus dan Apollo merupakan dewa-dewa yang diidentifikasikan dengan dewa-dewa asli suatu tempat. Seleukid membuat banyak kota-kota baru dan membangun kota-kota lama, karena menurut teori Yunani polis memiliki peranan penting dalam roda pemerintahan. Kota yang dikenal cukup dekat oleh tradisi kekristenan adalah kota Antiokia dan Orontes. Kedua kota tersebut bukanlah kota pusat pendidikan, tetapi merupakan kota perdagangan terbesar. Reputasi kota-kota itu dikenal dengan kota yang menyenangkan. Seleukid memang mengauasai daerah Asia kecil tetapi kota Galatia belum tersentuh oleh helenisme. Kota Galatia tersentuh helenisme ketika masa Roma. 
IV. ROMA

A.    Orang-orang Roma yang Genius
Di awal pemerintahan Roma ini, Roma merupakan republik Roma, belum menjadi sebuah kekaisaran. Polybius, seorang sejarahwan Yunani pada abad ke-2 SM, membuat sebuah buku yang mendata sumber kekuatan Roma. Prestasi Roma berasal dari adanya konsul, senat, serta demokrasi dan pengikat semuanya itu adalah tunduk akan dewa-dewa yang




terekspresikan dalam ritus tradisional. Dari sini, terlihat bahwa Roma itu beraliran pemerintahan teokrasi dengan pietisme. Namun sebenarnya tidak demikian.
Roma menjadi kuat karena yurisdiksinya. Adanya Ius dan Fasdikombinasikan dalam pemerintahan, inilah kekuatan Roma saat itu. Ius adalah peraturan sosial. Fas adalah peraturan religius. Roma mengukur segala sesuatunya melalui peraturan yang dibuat. Berbeda dengan Yunani, orang Yunani melihat segala sesuatunya melalui manusia. Di timur, orang-orang timur mengukur segala sesuatunya dari Tuhan.
Roma memiliki kemampuan menyerap apa saja yang ada di sekitarnya dengan bebas. Roma dapat menyerap tradisi kultik bangsa lain. Ini terlihat dari kualitas para politikus Roma yang menyamai kualitas  politikus Yunani. Roma merupakan sebuah bangsa yang senang “meniru” atau “meminjam” budaya  dan ritus religius bangsa lain. Namun dalam perkembangannya, Roma mengklaim bahwa budaya dan ritus itu adalah budaya dan ritus Roma. Oleh karena Roma mudah menyerap segala sesuatu yang masuk di dalam kekuasaannya, citra yang berkembang terhadap Roma, bahwa Roma dikenal sebagai republik yang elastis. 
Roma sebenarnya bertumpu pada city-state, maksudnya kota-kota di Roma itu tidak memiliki batasan tertentu; seorang budak dapat menjadi warga masyarakat. Berbeda dengan di Yunani, di Yunani statusnya terbatas; budak tidak dapat menjadi warga masyarakat. Hal ini menjadi menarik ketika kelompok mengaitkan tema aturan perbudakan ini dalam sebuah kitab dalam PB. Contohnya dalam kitab Filemon, Paulus meminta Filemon untuk menerima kembali Onesimus, tidak sebagai budak tetapi sebagai saudara seiman (Fil 1:16). Dalam surat (kitab) Filemon ini, Paulus telaj terpengaruh alam pikir Roma, Yunani, dan sekaligus Yahudi. Namun Paulus mengerti benar batasan dan di mana Paulus berpikir sesuai dengan tempatnya. Paulus meminta adanya pengangkatan status Onesimus, yang dahulu budak, menjadi warga masyarakat biasa. Dalam hal ini Paulus mengaplikasikan tradisi Roma. Di sisi lain, Paulus tetap sopan dengan meminta persetujuan Filemon tentang permintaan Paulus. (Fil 1: 10) karena dalam tradisi Yahudi, seorang majikan berkuasa penuh terhadap budaknya. Dalam hal ini majikan adalah Filemon, budak adalah Onesimus. Sedangkan Paulus dewasa dalam tradisi Yunani yang sudah berkembang luas saat itu. Jadi seorang Paulus secara garis besar mengerti benar budaya-budaya yang berkembang saat itu, minimal Yunani, Roma, dan Yahudi, di tengah jemaat-jemaat (diaspora) yang pernah beliau layani. 
Dalam menjalankan roda pemerintahan, pemimpin-pemimpin Roma memiiki idealisme yang terus berkelanjutan. Para penguasa-penguasanya Roma berorientasi pada pertumbuhan  dan perluasan wilayah Roma. Hal ini mengakibatkan Roma terus berperang dengan bangsa-bangsa lain di timur dan barat Roma. Perang memang membawa sisi positif yaitu perluasan wilayah jajahan, tetapi juga membawa masalah negatif baru bagi Roma. Ada pemberontakan-pemberontakan dari provinsi-provinsi Republik Roma. Oleh karena adanya pemberontakan dari provinsi-provinsi, maka Roma membuat sebuah sidang yang memutuskan tentang tanggung jawab para gubernur provinsi. Adanya tanggung jawab yang harus dilakukan oleh gubernur provinsi itu diharapkan para gubernur secara lokal dapat mengatasi masalah pemberontakan tersebut. 

B.     Roma dan Dunia Barat
Roma mencoba untuk menaklukkan bagian baratnya, yaitu Kartago, melalui perang Punik. Perang Punik berlangsung tiga kali dan membuat Roma memperbesar wilayahnya. Perang Punik Pertama (262-241 SM), Roma menaklukkan Sardinia, Korsika, dan Sisilia. Perang Punic Kedua (218-201 SM), Hanibal melancarkan invasi ke Italy dari Spanyol dengan menyebrang pegunungan Alps. Invasinya membawa penderitaan yang besar dan kekuatiran. Roma pada akhirnya menemukan jendral yang hebat, yaitu Scipio Africanus, orang yang akhirnya mengalahkan Hanibal di Afrika. Roma mendapatkan Italy utara, selatan Galia, dan Spanyol. Pada perang Punik Kedua ini Roma juga menyerang dan menaklukkan kerajaan Helenis di bagian barat Roma dan sebagian di pantai utara Afrika. Perang Punic Ketiga (149-146 SM), perang ini mengalahkan Kartago sepenuhnya dan semua bagian barat Mediteran berada di bawah pemerintahan Roma. Melalui perang dan penaklukan bangsa lain, Roma menanamkan pengaruhnya seperti bahasa Latin ditanamkan di Spanyol, Galia, Inggris, Rhineland, dan utara Afrika.

C.     Roma dan Dunia Timur
Etruria merupakan sebuah bangsa yang letaknya berada di tengah-tengah Italia dan wilayah kekuasaannya bertetangga dengan Roma, memiliki relasi dengan Asia Kecil. Hal itu dilihat sebagai peluang emas Roma untuk menaklukkan dengan mudah pesisir Mediterania Timur, yaitu Timur Dekat, daerah Yudea dan sebagian Asia Kecil. Kemudian setelah melalui serangkaian serangan, Etruria di bawah kekuasaan republik Roma. 
Kemudian perang di selatan Italy berlangsung sekitar 280-275 SM oleh Pyrrhus, raja Epirus di Yunani. Perang ini melibatkan Roma. Pada akhirnya Tarentum (kota pelabuhan di selatan Italia) ditaklukkan oleh Roma. Kota Tarentum ini merupakan kota penting bagi kerajaan Epirus-Yunani, kareka kota ini terletak di wilayah pesisir tenggara Italia. Ketika kota ini jatuh, maka ada efek domino yang ditimbulkan ke arah timur, khususnya bagi kerajaan Epirus-Yunani, yaitu harus adanya budak yang dikirimkan ke Roma. Adanya budak yang dikirim ke Roma ini membuat Roma semakin mengenali budaya dan tradisi Yunani, bahkan alam pikir Yunani. 
Setelah jatuhnya Tarentum, maka berkobarlah perang Makedonia. Perang Makedonia terjadi empat kali. Perang ini adalah upaya untuk menaklukkan wilayah Makedonia (Yunani) seutuhnya. Pada akhirnya Makedonia takluk dan menjadi salah satu provinsi Roma (148 SM). Ketika perang Makedonia berlangsung, Roma meminta raja Seleukid (Siria), Antiokus III, untuk melepaskan negeri Mesir dari wilayah Seleukid. Setelah Makedonia jatuh ke Roma, Siria dipaksa melalui perang untuk meninggalkan Mesir. Kemudian Mesir menjadi wilayah jajahan republik Roma, tetapi seluruh Mesir belum sepenuhnya dalam kekuasaan Roma. Pada 146 SM, aliansi Yunani dihancurkan sampai ke kota-kota kecilnya, termasuk Korintus. Attalus III menyerahkan kerajaan Pergamum kepada Roma pada tahun 133 SM dan di tahun 129 SM Roma memerintah provinsi Asia. Kemudian Siria dijadikan provinsi pada tahun 63SM, dan Mesir pada tahun 31 SM. 
Rome adalah berarti kekuatan dlm bhs Yunani. Kekuatan Roma dihormati di Timur. Roma mengambil peninggalan politis dan budaya dari Aleksander di barat sungai Efrat. Roma berhasil menyatukan dunia. Roma membawa keamanan dan jalan-jalan ke timur dekat. Roma tidak membawa budaya baru, Yunani dan Latin menjadi bahasa yang masih umum di sana. Budaya Yunani masih kental walupun di bawah pemerintahan Roma. Menurut kelompok, Republik Roma memiliki strategi perang patut diperhatikan. Untuk mencapai wilayah pesisir Timur laut Mediterania, Rep. Roma berekspansi ke Yunani, lalu ke Asia kecil bagian utara (kerajaan Pergamum, sekarang masuk dalam wilayah Turki dan Siria). Rep. Roma muncul dengan kekuatan besar untuk menaklukan pesisir-pesisir Laut Mediterania, berupaya untuk mempersatukan wilayah yang besar dalam kekuasaan Roma.



Dari data di atas, menurut kelompok, Aleksander-Makedonia mempunyai peranan besar dalam  munculnya kekuatan besar seperti Roma. Sudah tentu cerita tentang Yunani yang hebat, yang melakukan ekspansi ke timur, di bawah pimpinan Aleksander sudah tersebar dengan luas, termasuk ke Roma.  Eksistensi Rep. Roma hampir menyamai eksistensi kerajaan Makedonia karena hampir memiliki keluasan wilayah yang hampir sama dengan kerajaan Makedonia. Hal ini terjadi karena ada kemungkinan bahwa cerita Aleksander Agung begitu inspiratif bagi orang-orang Roma, khususnya para elit politik dan pemimpin pemerintahan, selanjutnya mereka hendak 

D.    Republik Awal: Perang Sipil
Adalah Tiberius dan Caius Gracchus, dua orang bersaudara yang mengajukan adanya reformasi peraturan tanah. Reformasi ini juga diajukan untuk wilayah yang lebih luas dan menyangkut reformasi sosial dan politik. Namun hal ini rupanya menimbulkan kekacauan di Republik Roma. Kedua bersaudara ini pun meninggal karena tuntutan reformasi yang mereka ajukan. Selanjutnya, reformasi itu membuat adanya perselisihan dan berakhir dengan perang di Roma. 
Ketika abad ke-2, ada invasi dari bangsa Teuton dari utara. Kemudian ada pertempuran juga di Numidia-Afrika utara. Pemberontakan dan perang itu menjadikan  Marius menjadi pemimpin perang. Intervensi tentara Marius dalam pemberontakan sipil di Roma pada 100 SM menunjukkan potensi solusi militer untuk masalah-masalah politik. Pada abad selanjutnya, masalah internal dan eksternal meningkat. Dibutuhkan banyak tentara untuk perang yang berkepanjangan, terutama di luar negeri. Perang dengan bangsa-bangsa lain membutuhkan biaya yang besar sehingga melemahkan kekuatan ekonomi Roma. Pemberontakan sipil yang besar dimulai pada tahun 90 SM. L. Cornelius Sulla bertugas untuk memadamkan pemberontakan-pemberontakan. Bersama dengan pasukannya, Sulla berhasil memadamkan pemberontakan dan menjadikannya orang nomor satu di senat. Untuk mempersiapkan perlawanan terhadap pemberontakan (lagi), Sulla pensiun dari jabatannya. Marius pun juga ikut dalam perang sipil itu bersama dengan pasukannya, tetapi Marius kalah dan mati (86 SM). 
Sementara itu Mitridates VI, raja kerajaan Pontus (terletak di utara wilayah Turki, sekarang), memperluas kekuasaannya di Asia. Ini merupakan ancaman bagi wilayah Roma, khususnya wilayah timur. Sulla berhasil memenangkan perang melawan Mitridates VI dan memaksanya untuk membayar upeti besar kepada Roma. Sulla kembali ke Italia dengan membawa kemenangan dan mengakhiri perang sipil. Sulla ditunjuk menjadi seorang pemimpin diktaktor Roma. Kemudian Sulla membuang dan  membunuh pasukan Marius. Darah pasukan Marius pun menuntut balas Sulla dengan bayaran dengan jumlah yang besar kepada pemeras yang mengetahui perbuatan Sulla. Untuk memenuhi tuntutan pemerasan itu, Sulla mengambil uang dari keuangan Roma. Sulla tidak mengelak ketika ada pemeriksaan keuangan di konstitusi Roma. Sulla kemudian mundur dari jabatannya. 
Pada periode pemerintahan Pompey, seorang pemimpin dan negarawan berkualitas, yang menunjukkannya  melalui penumpasan serangan dari bajak laut Mediterania, sekaligus mengakhiri ancaman Mitridates VI. Perang ini membuat Seleukid masuk dalam kendali Roma. Pompey memiliki saingan, yaitu Crassus. Namun Pompey berhasil membuat Crassus menjadi aliansinya. Crassus memegang pemerintahan di Siria. Di tahun 59, muncul konsul pertama C. Julius Caesar. Di tahun-tahun ini mereka, yaitu Caesar, Pompey, dan Crassus disebut sebagai “tiga serangkali pertama”. 
“Tiga serangkai pertama” itu memerintah republik Roma dengan wilayah kekuasaan masing-masing di tempat yang berbeda tetapi masih dalam satu republik Roma. 
Kemudian Crassus mati di tahun 53 SM. Hal ini membuat ketidakseimbangan politik di dalam pemerintahan sendiri. Ketika kondisi politik sedang kacau, karena ketidakseimbangan aliansi politik, maka senat membuat manuver politik dengan cara menjadi oposisi Pompey. Perang kembali terjadi ketika Caesar berperang melawan Pompey dan pasukannya di tahun 49 SM dan Pompey kalah. Caesar pun menjadi pemimpin satu-satunya, seorang diktaktor. Caesar terus melawan wilayah-wilayah politik yang memberontak sampai tahun 45 SM. Adalah Cassius dan Brutus yang berniat untuk membunuh Caesar karena mereka membenci Caesar. Mereka berharap bahwa ketika Caesar mati, maka republik Roma yang lama dapat pulih, namun setelah Caesar mati, ternyata tidak terjadi. 
“Tiga serangkai kedua”, yaitu Oktavianus, Cleopatra VII, dan Antonius. Para tiga serangkai menguasai Roma. Namun pada perjalanannya kemudian, Antonius dan Oktavianus dibuang ke dalam pertempuran Filipi tahun 42 SM, kedua pemimpin ini saling berperang. Oktavianus mengajak Cleopatra VII, penguasa Ptolemeus terakhir di Mesir, untuk ikut berperang melawan Antonius. Kekalahan yang besar terjadi di dua kubu, antara Antonius dan Cleopatra VII. Kekalahan besar ini membuat keduanya bunuh diri di Mesir (31 SM). Setelah kematian Cleopatra VII inilah membuat Mesir dapat dikuasai Roma sepenuhnya dan dijadikan provinsi di tahun yang sama 31 SM. Pemberontakan sipil Romawi akhirnya berakhir karena para pemimpin Rep. Roma, yang merupakan pemrakarsa adanya perang, meninggal satu per satu, menyisakan Oktavianus, begitu juga republik Roma pun berakhir di tangah Oktavianus. Roma pernah menjadi kekaisaran republik untuk beberapa waktu, kini menjadi kekaisaran. Kemudian Oktavianus mendirikan konstitusi yang baru, yaitu merombak kekaisaran republik Roma menjadi sepenuhnya kekaisaran. Oktavianus kemudian disebut Kaisar Agustus.

E.     Agustus (Oktavianus)
Agustus yang sebelumnya disebut Oktavian memahami adanya situasi baru yang dibutuhkan yaitu: tangan besi; tidak adanya kemutlakan yang jelas; mencoba membangun kembali moral dan mendukung pemerintahan; adanya kebutuhan untuk pelayanan dan stabilitas. Pada masa pemerintahannya ini, kisah Yesus dimulai. Yesus lahir pada masa pemerintahannya (Lukas 2:1-2).Res gestae (ketetapan) menyatakan bahwa posisi Oktovian melampaui setiap orang dalam auctoritas. Auctoritas adalah kombinasi kuasa atau kekuatan bawaan (lahir) dan wibawa yang menunjuk kepada seseorang yang secara alami diikuti oleh orang-orang. pada abad 27 sM, Agustus mengusulkan sebuah kekuasaan militer yang sangat besar yang mana terdiri dari 3-4 pasukan, selama 10 tahun. Adanya sebuah kebiasaan yang dikembangkan dengan memanggil Agustus princeps, yaitu pemimpin masyarakat, dan kepala pemerintahan. Ini adalah deskripsi terminologi; bukan seperti gelar resmi pada kaisar. Agustus mendapat jabatan pontifex maximus pada abad 12 sM sebagai bagian dari programnya untuk memulihkan keagamaan di Republik. Makna kontribusi Agustus pada awal kekristenan mengandung kedamaian, kemakmuran ekonomi, perbaikan komunikasi, pemerintahan yang stabil, dan sebuahrasa pembaharuan. Ada sebuah perasaan yang kuat tetang sebuah awal yang baru, sebuah pergolakan pada era sebelumnya dan akhir peperangan dan kedamaian pada era yang baru dan awal kemakmuran. Dapat dikatakan jika Yesus lahir dibawah pemerintahannya, maka Yesus lahir dalam keadaan yang damai dan makmur serta segala sesuatunya terorganisir dengan baik. 






Kekaisaran Awal
Tiberius(tahun 14-37Masehi). Tiberius adalah anak dariistri kedua Augustus, Livia, dari pernikahan sebelumnya. Ia tampaknyatidak dipertimbangkan untuk menjadi calon raja hingga semuakemungkinan telah habis. Manipulas iAugustusdari kehidupan pribadi orang-orang di sekitarnya terlihat dalam kebutuhannya menikahkan Tiberius dengan putrinya Julia, lantaran adanya pembicaraan di Roma mengenai ketidak setiaan Julia. Tiberius berkuasa pada umur 55 tahun. Pemerintahannya membawa stabilitas hingga ke perbatasan negara, dan ia membawa ketentraman yang lebih baik. Pontius Pilatus yang adalah gubernur di Yudea pada saat penyaliban Yesus. Pontius Pilatus menjabat pada masa kaisar Tiberius. Dalam Injil (Matius 27:11-26, Markus 15:1-15, Lukas 23:1-7 dan 23:25). Pontius Pilatus memang tidak menemukan kesalahan pada Yesus, tetapi dia mengambil sikap agar tidak terjadi pemberontakan sehingga Pilatus akhirnya menyerahkan sepenuhnya pengadilan Yesus ini kepada orang-orang Yahudi. Sepertinya Pilatus mengambil sebuah tindakan yang “mencari aman” agar perdamaian yang sudah ada tetap stabil. 
Gaius Caligula (tahun 37-41 Masehi). Gaius merupakan cucu dari saudara Tiberius, Drusus. Gaius memulai dengan mendukung senat, akan tetapi ia tumbuh di lingkungan keluarga yang penuh tragedi, penuh kecurigaan, dimana hal ini mempengaruhi kegilaannya yang terlihat sebelum pembunuhan yang ia lakukan. Secara lalai ia menghabiskan hartanya dan menjadi yakin akan keilahiannya, serta menuntut penghormatan keilahiannya. Pemerintahannya ditandai dengan konflik dengan Yahudi lantaran ia memerintahkan membangun sebuah patung di Kuil Yerusalem di tahun 40 Masehi.
Claudius (tahun 41-54 Masehi). Claudius merupakan paman Gaius. Penjaga-penjaga Kaisar yang membunuh Gaius menemukan Clauidus bersembunyi di istana dan menempatkan dia sebagai kandidat mereka kepada pemimpin sipil. Negosiator di antara hakim-hakim dan senat, yang adalah Agripa I, memberi Claudius penghargaan dengan memperluas seluruh kerajaan Palestina. Claudius menegaskan hak-hak istimewa orang Yahudi di Alexandria, memperingatkanorang-orang Yunanidi sana untuk menjaga perdamaian dan orang-orang Yahudi harus puas dengan apa yang mereka miliki dan bukan untuk mencari hak istimewa yang lebih. Usaha utama Claudius dalam urusan luar negeri adalah penambahan Britania ke dalam kekaisaran. Dalam urusan dalam negeri, ia menetapkan standar tinggi untuk kewarganegaraan Romawi, namun juga membukanya untuk pria yang berjasa di provinsi-provinsi.
Nero (tahun 54-68 Masehi). Menurut desas-desus kuno, Agrippina telah meracuni Claudius ketika ias udah tidak ada bisa lagi mengamankan tahta anaknya Nero. Nero memiliki istri, Octavia, yang diduga dibunuh di tahun 62Masehi supaya bisa menikahi Poppae. Pandangan Nero terhadap segala hal yang berhubungan dengan Yahudi dan Kristen, tidak begitu baik. Kebakaran besar Roma pada tahun 64 Masehi disalahkan pada orang-orang Kristen. Tradisi menempatkan Petrus dan Paulus di Roma setelah kejadian-kejadian yang terjadi sehingga telah diakui bahwa mereka berdua termasuk salah satu orang-orang yang mempengaruhi kekristenan dapat berkembang hingga sekarang ini. Pemberontakan besar Yahudi di Palestina terjadi di tahun 66 Masehi, dan Vespasian ditempatkan untuk menekan pemberontakan tersebut. Pemberontakan-pemberontakan terjadi di antara pasukan-pasukan di barat dan ketika penjaga-penjaga kaisar memberontak di Roma, Nero melarikan diri dari kota dan akhirnya memutuskan untuk bunuh diri, masih umur 30 tahun. Dengan kematiannya, ia telah mengakhiri Dinasti Julio-Claudian.Dalam penulisan surat Paulus kepada jemaat di Roma pasal yang ke 13, ditulis pada zaman ini.
Perang Sipil: tahun 68/69 Masehi. Kebingungan yang mengikuti perjalanan Nero telah membawa perang sipil. Pasukan-pasukan dan jenderal-jenderal menemukan rahasia kerajaan, bahwa pemimpin rakyat dapat dibuat dimanapun, selain di Roma. Terjadi juga pemberontakan di kalangan bangsa Yahudi karena peristiwa pengambilan kas Bait Allah oleh salah satu petinggi Roma. Vespasian mengambil tindakan atas pemberontakan tersebut, dan membiarkan putranya Titus untuk melanjutkan perang Yahudi, membuatnya berbaris diRomapada akhir tahun 69Masehi dan tibadi kotasendiridi tahun 70 Masehi. Di tahun ini pula dan dibawah komando Titus, Bait Suci hancur untuk kedua kalinya dan bangsa Yahudi harus terpencar lantaran mereka tidak boleh kembali ke Yerusalem lagi. Keruntuhan Bait Allah membuat wibawa orang Yahudi hancur pula di mata Roma. 
Vespasian (tahun 69-79 Masehi). Vespasian meresmikan dinasti Flavian. Ia datang dari sebuah kota kecil di Sabine bukit Itali. Kakeknya telah menajdi perwira di pasukan, jadi ia mewakili kebangkitan kelas pemerintahan kota-kota Itali yang menjadi pengaruh terbesar di Roma. Vespasian mengubah karakter senat dengan menggambarkan anggota baru dari aristokrasi kota Italy dan barat. Ia dan Titus merayakan kemenangan di Roma tahun 71 Masehi atas kesuksesan dalam menekan pemberontakan di Yudea.
Titus (tahun 79-81 Masehi). Sebuah demam telah menyingkatkan kehidupan Titus. Pemerintahannya diingat karena 2 peristiwa:  pertama, letusan Vesuvius, yang menghancurkan Pompeii dan Herculaneumdi tahun 79dan memberinya kesempatan untuk menunjukkan kemurahan hatinya, dan kedua, pembukaan Colosseum yang berlebihan, dimulai oleh ayahnya dan diselesaikan oleh Domitianus saudaranya, dan pengeluaran selanjutnya untuk permainan-permainan dan acara-acara. Di bawah komandonya, Bait Allah hancur dan diaspora orang Yahudi dimulai. 
Domitian (tahun 81-96 Masehi). Pemerintahan Domitian dicirikan dengan pembuangan dan eksekusi cukup banyak dari keluarga senator, jadi memorinya secara umum dikutuk oleh senat, setelah pembunuhan itu. Domitianus bersikeras pada judul dominusetdeus (“Tuhan dan Tuhan”), dan tradisi Kristen mengingat dia sebagai seorang penganiaya dan kaisar yang  memerintah di Kitab Wahyu yang telah ditulis.
Lima Kaisar yang Baik.” Nerva(tahun 96-98 Masehi) merupakan seorang tokoh transisi. Senat menyukainya, tapi tentara (yang membenci pembunuhan Domitianus) tidak. Nerva, tidak mempunyai anak dan di umur 60an, ia mengadopsi komandan pasukan atas Jerman Atas, Trajan. Apa mungkin langkah darurat untuk memberikan dukungan militer kepada penguasa baru telah menjadi metode penyelesaian suksesi diikuti oleh tiga penguasa berikutnya. Praktik mengadopsi seorang yang sukses ini memberi Roma serangkaian kaisar yang baik di bawah siapa kekaisaran mencapai perkembangan tertinggi. Provinsi-provinsi yang makmur dan umumnya diatur dengan baik, kerajaan sendiri menikmati ketentraman internal.
Trajan (tahun 98-117 Masehi) datang dari Spanyol, dan dengannya provinsi menjadi mitra penuh dalam aturan kekaisaran. Dia memberi kekaisaran batas teritorial terbesar melalui kampanye sukses, yang mendorong batas-batas di utara dan timur ke Danube dan Efrat.
Hadrian (tahun 117-138 Masehi) memperkenalkan sebuah politik stabilisasi di perbatasan dan dalam negeri. Ia merupakan pecinta berbagai hal tentang Yunani. Ia menghabiskan banyak waktu untuk jalan-jalan di provinsi-provinsi bagian timur, dan beberapa bahan tetap bersaksi akan kekagumannya di Yunani timur. Pada pemerintahan Hadrian terjadi pemberontakan Yahudi yang terbesar kedua di Palestina.





Antoninus Pius (tahun 138-161 Masehi) menyukai pemerintahan yang damai dan tidak banyak yang terjadi. Kekaisaran itu makmur. Kaisar berkumpul di sekitar orang-orang sastrawan dan filsuf-nya. Karakternya, digambarkan dengn julukan Pius, lantaran kepribadiannya yang ramah, membuat senat memberi julukan itu.
Marcus Aurelius ( tahun 161-180 Masehi ) harus menghadapi masalah-masalah yang membawa bencana bagi dunia Romawi di abad berikutnya. Pasukan yang kembali dari Mesopotamia membawa wabah, yang memiliki konsekuensi pada perkembangan politik dan ekonomi kerajaan. Ini masih terjadi ketika Jerman dan Sarmatians menginvasi kekaisaran. Banyak waktunya yang digunakan dengan perang di perbatasan utara, berjuang dengan pasukan cadangan yang memadai.
Pada abad ke 2 M ini, masyarakat Yahudi dan Kristen merasakan masa kedamaian dan keadilan. Namun, gangguan Yahudi diMesir, Kirene, dan Siprusdi tahun 115Masehi, selama pemerintahan Trajan, menghancurkan banyak propertidan mengambil banyak korban jiwa dan harus menekan secara kejam. Rencana Hadrian untuk membangun kembali Yerusalem sebagai koloni Romawi, Aelia Capitolina, dengan kuil Jupiter dan dirinya sendiri di situs kuil Yahudi mungkin berkontribusi pada pemberontakan BarKokhbadi tahun 132 Masehi, tidak meletakkan sampai tahun 135 Masehi. Adanya penghambatan penyebaran orang Kristen di bawah kaisar abad kedua, dengan lebih banyak yang martir di bawah pemerintahan Marcus Aurelius, dari pada di bawah pemerintahan kaisar manapun sebelum penganiayaan Deciandari abad ketiga.

F.      Kekaisaran Sesudahnya
Pada abad ke 2 M, banyak terjadi permasalahan di dalam kekaisaran mulai dari serangan dari musuh, penurunan ekonomi, konflik-konflik agama, dan banjir besar pada abad ke 3 M. Bahkan serangan dari Parsia merupakan sebuah permasalahan yang cukup besar bagi kekaisaran Romanum saat itu. Permasalahan ekonomi semakin menjadi bahkan abad ke 3 M merupakan sebuah masa yang sulit bagi kekaisaran Romawi sendiri. Namun, ada sebuah usaha perbaikan dan pemulihan dibawah pemerintahan Desius dan Ilirian dalam hal militer dan Diokletian serta Konstantine dalam hal konstitusional. 


V. ADMINISTRASI KEKAISARAN

Kekaisaran Roma merupakan sebuah kekaisaran yang cukup kuat dalam hal pemerintahan dan kekuatan. Kekuatan tersebut salah satunya di dapatkan dari banyaknya koleksi kota-kota. Kota menjadi bagian penting dalam roda pemerintahan karena di dalam kota segala suatunya terjadi. Peradaban kota-kota Romawi sendiri bercorak urban. Kota-kota Romawi dapat diklasifikasikan berdasarkan nilainya. Kota yang paling tinggi nilainya disebut coloniae civinum romanorumseperti Filipi, Korintus, Antiokia Pisidia, Ikonium, Listra, dan Troas. Kota-kota ini memiliki hak-hak khusus termasuk pembebasan pajak. Berikutnya adalah municipa atau oppida civium romanorum. Di dalam kota ini hak pilih dapat dicapai dengan memegang sebuah pemerintahan di pemerintahan kota. Kota-kota lainnya yang kurang memiliki nilai, yaitu Efesus, Smirna, Tarsus, dan Antiokia Siria. Urusan dalam pemerintahan dalam kota mereka diatur oleh hukum mereka sendiri dan tidak terikat dengan segala aturan dari Roma, meskipun demikian mereka tetap dalam batas kekuasaan Romawi.
Kota Roma sendiri merupakan pusat dari roda pemerintahan. Kaisar berada di kota Roma. Tidak hanya kota-kota Romawi saja, Yunani juga memiliki kota-kota penting yang juga menunjukkan kejayaan mereka pada masa lalu seperti Athena, Akropolis, dan Alexandria yang ada di timur. Kekaisaran Romawi sendiri tidak bisa lepas dari provinsi-provinsi yang merupakan wilayah kekuasaaannya. Dalam sebuah provinsi dipimpin oleh seorang prokonsul yang dipilih oleh magister di Roma. Roma sangat pintar dalam mengatur posisi politiknya dengan membangun sebuah relasi dengan kerajaan-kerajaan kecil di wilayah kekuasaannya. Yudea sendiri merupakan sebuah provinsi tetapi juga sekaligus sebagai “client kingdom” dengan Herodes sebagai raja. Provinsi Yudea memiliki nilainya sendiri di mata kekaisaran Romawi. Corak religious dan banyaknya orang Yahudi di provinsi Yudea ini membawa keuntungan tersendiri bagi Romawi. Romawi merasa bahwa jika bangsa Yahudi memberontak, maka pemberontakan tersebut akan mengancam stabilisasi pemerintahan Romawi. Oleh karena itu, agar meminimalisir hal tersebut, Roma memberikan hak-hak khusus kepada pronvinsi Yudea yang dinilai unik dan memiliki kekhususan terlebih dalam hal religiusitas. 

VI. HUBUNGAN KONDISI POLITIK DENGAN PERJANJIAN BARU

Perjanjian Baru mengandung banyak sekali ideologi politik Roma. Dalam beberapa hal disebutkan secara tersirat maupun tersurat. Kisah tentang Yesus sendiri sudah diwarnai oleh unsur politik Romawi pada masa itu mulai dari awal kisah kelahiran-Nya hingga kematian-Nya di kayu salib. Matius 2:1-12 memiliki muatan religio-politik. Istilah “raja” dalam bahasa Yunani, disandangkan kepada Yesus dan istilah ini juga dipakai untuk Herodes bahkan kaisar itu sendiri. Disini terlihat juga bahwa secara politik, Yesus memang dari awal sudah masuk di dalamnya. Tidak heran jika Herodes menganggap Yesus sebagai sebuah ancaman posisinya. Banyak istilah-istilah politik yang dikaitkan dengan kehadiran Yesus dalam konteks-Nya saat itu. Tidak hanya pada masa Yesus saja, tetapi sampai pada masa perkembangan Kekristenan mula-mula oleh Para Rasul pun diwarnai oleh perpolitikan Romawi. Kebijakan-kebijakan pada saat itu mempengaruhi perkembangan Kekristenan ke seluruh dunia. Istilahekklesia(gereja) merupakan istilah dalam perpolitikan Yunani yang merujuk pada sebuah sidang rakyat. 
Sejarah konteks politik di sekitar Laut Mediterania memang didominasi oleh Yunani, Roma, Siria, dan Mesir. Peperangan di antara mereka menghasilkan Roma sebagai pemenang dan penguasa wilayah pesisir laut Mediterania, bahkan pada tahun 117 Masehi, wilayah kekuasaan Roma hampir persis menyamai wilayah kekuasaan Aleksander Agung di masa kejayaannya. Memang di sisi lain, pertempuran dan perluasan wilayah politik menggambarkan sisi manusia yang tamak atau tidak pernah puas akan kekuasaan. Pertempuran juga menyisakan janda-janda, anak-anak yatim, dan kematian para ayah dan pemuda. Sedangkan bagi kerajaan, peperangan membuat ekonomi negara menjadi tidak seimbang. Ini memang sebuah pembayaran yang sangat mahal karena adanya pertempuran. 
Di sisi lain, penaklukan wilayah secara politik juga bernilai positif karena membuka gerbang yang luas untuk perkembangan dan penyebaran tradisi dari satu bangsa ke bangsa lain, sehingga ada percampuran budaya, gaya berpikir, sistem pemerintahan, pendidikan dan pengetahuan, bahkan juga strategi berperang. Kota-kota Yunani yang didirikan oleh Seleukid dan juga kota besar Aleksandria mempunyai peranan penting dalam kancah politik. Kota-kota tersebut adalah




kota-kota strategis yang mengundang peperangan dan hasrat untuk menguasai. Kota-kota strategis itu seolah memberikan janji ekonomis dan kekuasaan kepada penakluknya. Melalui kota-kota Yunani dan Aleksandria inilah bagaimana pesisir Laut Mediterania, khususnya pesisir timur, begitu kental dengan alam pikir Yunani. Setelah masa Aleksander, Kekaisaran Roma juga berperan penting dalam membuka akses ke Asia Kecil dan Mesopotamia. Kekaisaran Roma memberikan peranan besar dalam membuka jalan kepada kekristenan menjadi dikenal luas oleh dunia melalui ekspansi politis yang dilakukan. Dunia Mediterania mengenali kekristenan melalui  pertemuan dan dialog serta tulisan dan cerita-cerita yang berkembang; melalui gulungan-gulungan yang bahasa Yunani dan Latin. 
Hal yang cukup menarik dari data sejarah perkembangan politik di atas adalah Roma seolah menjadi supir yang sedang mengendarai mobil. Dalam hal ini mobil adalah pertempuran dan perebutan wilayah. Di dalam mobil itu terdapat penumpang-penumpang, yaitu budaya-budaya Roma, Yahudi, dan Yunani. Lebih lanjut, bahwa walaupun secara politik wilayah Yunani sudah masuk dalam kekaisaran Roma, tetapi semangat budaya Yunani tetap eksis dalam kehidupan sosial dan budaya. Bila ditarik dalam dimensi identitas, mungkin muncul pertanyaan-pertanyaan lebih kritis tentang Paulus, contohnya, yang merupakan orang Yahudi tetapi paham benar budaya Yunani dan Roma. 

VI.      ETKA PERJANIAN BARU
Perjanjian Baru adalah buku etika dan sebagai kelanjutan dari etika PL di ajarkan oleh Yesus maupun para Rasul. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa Kristus memberikan pengertian yang benar mengenai etika PL sedangkan Paulus memberikan tafsiran yang benar mengenai etika dalam PL. Dalam mempelajari PB sebagai buku etika, ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan.
1.     PB dapat di kategorikan sebagai kitab hukum untuk  membimbing kehidupan manusia
2.     PB sebagai koleksi dari prinsip-prinsip moral universal.
3.     Menekankan keputusan etis di mana terdapat peranan Roh Kudus. Roh Kudus sebagai yang memimpin ke dalam etika yang dapat diterima.
4.     Menekankan pengambilan keputusan etis didasarkan kasih di tengah-tengah situasi yang sedang berlangsung. 
5.     Anugerah dalam Yesus Kristus sebagai landasan etika Kristen. Stephen moot menguraikan makna etika dalam hubungannya dengan anugrah Allah sebagai landasan dan tindakan etis etika Kristen.
·           Etika Kristen di landasi oleh tindakan Allah dalam Anugrah-Nya. Disini anugrah Allah mempengaruhi orang percaya secara etis termasuk ’social action” dengan kuasa Roah-Nya. Etika Kristen adalah respon kita kepada anugrah Allah sehingga memperbaharui sikap hidup dan menjadi “immitators of god”. Kita mengasihi karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.
·           Etika Kristen dilandasi oleh tindakan sosial dari anugrah. Artinya dalam kehidupan etis, orang percaya mempunyai tanggungjawab sosial, seperti yang dilakukan oleh Allah, demikian dilaksanakan orang Kristen karena Kristus telah berkorban bagi orang percaya di kayu salib, maka pengorbanan Kristus haruslah mewarnai hubungan kemanusiaan terhadap sesama dalam suatu action.
·            Dalam aplikasi kehidupan etis orang percaya harus menciptakan komunitas etis dalam lingkungan orang percaya maupun orang yang tidak percaya. Namun komunitas etis orang percaya akan membawa dampak dalam komunitas orang yang tidak  percaya.
1.      Etika Yesus Kristus  
Dalam pelayanan dan kehidupan Yesus orientasi etika. Yesus adalah sosial. Dalam injil Sinoptik Ia menekankan soal pengampunan. Teladan etis yang paling baik adalah teladan dari karakter Allah. Orang Kristen harus sama seperti Kristus dalam etika dan ketaatannya. Khotbah Tuhan Yesus di bukit adalah khotbah etika yang berhubungan dengan hal-hal sosial, budaya, dan ekonomi dalam masyarakat.
 Dan ini merefleksikan etika dalam hukum Taurat dengan pengertian yang benar. Prinsip etika Yesus  adalah prinsip ketaatan dan anugrah karena IA bukanlah seorang yang legalistik tanpa praktis. Yesus tidak menolak tuntutan moral dari hukum taurat, tetapi Ia menolaknya apabila Ia tidak mewakili kehendak  Allah. Itulah sebabnya Ia menggenapinya. Etika Yesus di tulis oleh Yohanes dengan menggunakan istilah etika yakni : kasih, kehidupan, terang dan kebenaran, demikian juga istilah ini di gunakan dalam I,II.III Yohanes.

2.     Etika Dari Paulus
Dalam surat-surat Paulus nampak prinsip-prinsip etika kristen yang dibuatnya sebagai penuntun:
1.     Dipraktekkan dengan melihat kondisi lingkungan  Krsten dan non Kristen.
2.     Diantara komunitas Gereja Kristen ia menggunakan istilah ketergantungan, gontongroyong dari jemaat sebagi anggota tubuh Kristus satu sama lain. Tujuannya untuk kepntingan bersama secara sosial.
3.     Standar nilai dan ukuran etis Paulus adalah dalam Kristus ( in Chist) yang menjadi teladan dari etika dalam keluarga dan dalam pekerjaan.



4.     Sikap pengambilan keputusan etis harus ada dalam pimpinan Roh Kudus, yang berbicara mengenai hati nurani.
5.     Orang kristen tidak boleh berkompromi dengan dunia dan tidak boleh menjadi penghalang bagi orang kafir untuk mengenal Yesus. Tindakan yang bijaksana harus diambil seperti mengenai makanan dan minuman dan penggunaan-penggunaan karunia.
6.     Hubungan suami-istri, tuan dan hamba, negara dan rakyat, melibatkan prinsip-prinsip spiritual dari tubuh Kristus dan kepala (Petrus juga memiliki prinsip etika ini). Prinsip ini begitu mendalam dan berhubungan dengan etika sosial dan etika politik dalam masyarakat yang harus diperhatikan orang percaya.
7.     Prinsip-prinsip etis kerja juga dinyatakan Paulus dalam mengadakan rekonsiliasi Onesimus dan Filemaon.
8.     Sikap etis juga di ajarkan Paulus untuk memelihara keindahan penyembahan, pelayanan, dan juga penggunaan-pengguanaan karunia dalam jemaat. Dalam surat Korintus, paulus dengan jelas, tegas dan mendetail tentang hal ini. Disini etika pelayanan dan ibadah mencerminkan kehidupan orang percaya yang hidup dalam anugrah dan displin Allah.
9.      Ketegasan sikap etis Paulus diwujudkan dalam penerapan disiplin terhadap pelanggaran moral.
ETIKA GEREJA MULA-MULA
Pada masa gereja mula-mula, perkembangan etika dipengaruhi oleh keadaan ekonomi dimana hak milik pribadi dan hak milik bersama selalu diperdebatkan dan menjadi masalah yang cukup besar.[9] Oleh karena permasalahan ini, muncul pendapat dari beberapa tokoh gereja mula-mula, yaitu Clement dari Roma, Ignatius dari Antiokhia, an Agustinus.
Clemens dari Roma
Clemens adalah orang yang disebut oleh Paulus sebagai sahabat yang setia dalam perjuangan pemberitaan Injil (Flp 4:3).[10] Clemens dikenal karena ia memiliki hubungan dengan surat Paulus kepada jemaat di Korintus.[10] Pada saat di Korintus, terjadi kericuhan yaitu presbiter yang tua dipecat oleh presbiter yang muda.[10] Clemens menasihatkan kepada jemaat agar mereka hidup dalam persekutuan yang rukun, dalam kasih, rendah hati, dan hidup suci meniru teladan Kristus, terutama teladan Paulus dan Petrus.[10] Ia meminta supaya presbiter yang telah dipecat dipulihkan kedudukannya serta jemaat menghormati pemimpin-pemimpinnya.[10] Clemens menyatakan bahwa Tuhan Allah membenci kekacauan, Allah menghendaki ketertiban.[10] Dalam pandangan teologinya, Clemens mengikuti teologi Paulus terutama mengenai pembenaran oleh iman.[10] Ia mengatakan bahwa semua orang besar dan mulia bukan karena diri mereka sendiri atau pun oleh pekerjaan mereka, tetapi karena kehendak Allah.
Dalam pemikiran Clemens tentang etika, ia menyatakan bahwa sikap hidup jemaat mula-mula seharusnya tidak terfokus pada materi.[9] Hal ini ia katakan untuk menentang pengajaran kaum gnostik yang menganggap tingkat kekayaan dapat dijadikan tolak ukur atau menentukan tingkat kehidupan sesorang.[9] Permasalahan moral mengenai kekayaan, Clemens tuliskan dalam sebuah tulisannya yang berjudul Who Is The Rich Man That Shall Be Saved?[9] Tulisan Clemens ini mencoba untuk menyelidiki maksud dari cerita mengenai orang kaya sukar masuk kerajaan Allah (Markus 10:17-27).[9]Menurut Clemens, tidak ada masalah mengenai kekayaan, yang menjadi masalah sebenarnya adalah sikap kita terhadap kekayaan.[9]
Ignatius dari Antiokhia
Ignatius adalah seorang yang berasal dari Siria.[10] Ia dilahirkan sekitar tahun 35.[10] Sebelum menjadi kristen, ia adalah seorang kafir yang diduga turut menganiaya orang Kristen.[10] Menurut tradisi, Ignatius adalah uskup dari Antiokhia yang merupakan murid dari rasul Yohanes.[10] Ia hidup pada masa pemerintahan kaisar Trajanus.[10] Pada masa itu, kaisar sempat mengunjungi Antiokhia dan mengancam orang-orang disana untuk mau mempersembahkan kurban kepada dewa-dewa, namun apabila ada yang tidak melakukan hal ini, maka ia akan dihukum mati.[10] Perintah kaisar ini tidak didengarkan oleh Ignatius, ia tetap mempertahankan imannya dan menolak mempersembahkan korban kepada dewa-dewa karena ia tidak mau menyangkal Yesus.[10] Oleh karena tindakannya ini, Ignatius dijatuhi hukuman mati dengan dibuang ke dalam Koloseum di Roma dengan tangan yang terantai.
Menurut pendapat Ignatius, permaslahan etika yang muncul pada masa gereja mula-mula adalah banyaknya orang yang tidak memperhatikan tentang kasih.[9] Menurutnya, orang kaya tidak memperhatikan janda-janda, orang-orang yang ada dipenjara, orang-orang yang lapar maupun orang-orang yang haus.
 Agustinus
Agustinus adalah seorang murid Paulus.[10] Ia dikenal sebagai pelawan penyesat-penyesat yang gigih.  Dalam perlawanan nya dengan Donatisme menyebabkan ia menguraikan pandangannya tentang gereja dan sakramen. Pemikiran etis Agustinus terkhusus mengenai seksualitas dan materi.[9] Pemikiran etis Agustinus mengenai seksualitas diawali dengan pemahaman etika individu dan sosialnya mengenai pertikaian kebaikan (virtue).[11] Menurut Agustinus, kebaikan akan memimpin orang ke dalam hidup yang bahagia dan kehidupan bahagia ini didapatkan oleh tiap orang melalui cinta kasih



yang sempurna dari Allah.  Agustinus juga menyatakan bahwa baik atau buruknya moral seseorang ditentukan dari cintanya terhadap orang lain. Permasalahan mengenai materi, bagi Agustinus kekayaan bukanlah hal yang salah.  Jika kekayaan itu dipergunakan untuk memuliakan Allah, maka hal itu adalah hal yang baik.[9] Namun, apabila motivasi kita menyembah Allah hanya untuk kekayaan, maka itulah yang salah.
Etika Kristen abad Pertengahan dan Reformasi
Dalam abad pertengahan, hal-hal yang berhubungan dengan etika diterangkan dalam kumpulan-kumpulan tulisan yang disebut kitab-kitab pengakuan dosa.  Tokoh-tokoh yang berperan pada saat itu antara lain LutherCalvinZwingli, dan Beza.  Tokoh-tokoh ini seringkali menuliskan tulisan tentang permasalahan etika yang saat itu muncul seperti masalah kesusilaan, masalah perang, etika politik, etika jabatan, serta tentang pengajaran iman yang terdapat dalam hukum taurat.
Etika Kristen Abad 20
Salah satu tokoh dalam perkembangan etika abad 20 adalah Reinhold Niebuhr. Niebuhr memberikan sebuah ajaran etis mengenai dosa asal atau dosa warisan. Ia berpendapat bahwa dosa warisan itu adalah sifat universal manusia yang cenderung memilih untuk berdosa.  Hal itu dikarenakan manusia kekurangan kebebasan dalam mengambil keputusan yang bermoral. Selain itu, Karl Barth juga memberikan pandangannya mengenai etika, ia menyatakan etika bersumber dari kasih karunia Tuhan yang ditunjukkan melalui Yesus Kristus. Oleh karena itu manusia tidak dapat menghindar dari keputusan bebas dari kasih Allah yang meletakkan Yesus Kristus ke dalam hubungan dengan manusia.[9]

BAB III. KRISTEN DAN POLITIK
Dulu orang Kristen dan gereja beranggapan politik itu kotor dan duniawi, maka harus dijauhi. Core business gereja adalah membina kerohanian umat, bukan mengurusi barang dunia fana itu. Tetapi sekarang terjadi perubahan yang cukup mencengangkan. Tidak sedikit orang Kristen, pendeta bahkan gereja yang tiba-tiba gandrung pada politik. Bahkan juga mencalonkan diri baik sebagai anggota legislatif maupun eksekutif, di tingkat lokal maupun nasional, sekalipun belum tentu memiliki pengalaman, pengetahuan dan kemampuan politik yang memadai.
GKI biasanya sangat berhati-hati dalam menyikapi berbagai perubahan yang ada. Dan nampaknya banyak anggota GKI yang mengalami kegamangan dan kebingungan dengan perubahan-perubahan ini, khususnya dalam menyikapi para politikus Kristen (baik yang jadi anggota jemaatnya maupun yang bukan) maupun partai-partai berbendera kristen.
A.             Faktor-faktor penyebab gereja bersikap negatif terhadap politik
Oleh karena gereja di Indonesiapun beragam, maka tidak mungkin saya mengurai semua penyebabnya. Saya akan lebih berkonsentrasi pada faktor-faktor yang sangat berpengaruh khususnya bagi anggota GKI. Saya melihat ada tiga faktor penting yang menyebabkan munculnya sikap anti politik atau apolitik (tidak terlalu anti, tetapi tidak mau terlibat karena pertimbangan-pertimbangan tertentu) tersebut. 1. Pandangan teologis tentang politik. Kebanyakan gereja-gereja Kristen protestan di Indonesia adalah hasil pekabaran Injil yang dilakukan oleh badan-badan zending Belanda yang beraliran calvinis2. Pada awalnya aliran ini tidaklah antipolitik3. Calvin memang membedakan dengan tegas antara kekuasaan politik (dalam hal ini adalah pemerintah) dengan Kerajaan Allah, namun Calvin tidak memandang politik sebagai sesuatu yang kotor dan mesti dijauhi. Malahan Calvin sangat menjunjung tinggi kehidupan politik, sebagaimana ia tuliskan: …kekuasaan politik itu adalah suatu panggilan, yang tidak hanya suci dan sah di hadapan Allah, tetapi juga yang paling kudus dan yang paling terhormat di antara semua panggilan dalam seluruh lingkungan hidup orang-orang fana.
Penghormatan ini berangkat dari pemikiran bahwa politik atau pemerintahan merupakan sarana untuk
menegakkan apa yang baik dan benar, melindungi orang-orang yang benar dan menghukum siapa saja yang bersalah. Dengan adanya kekuasaan politik, diharapkan kehidupan masyarakat dapat berjalan dengan tertib, sehingga setiap orang dapat menjalani kehidupannya dengan tenteram. Dalam kaitan dengan fungsi politik ini pulalah, Calvin berbicara tentang hubungan gereja dan negara. Bagi Calvin negara berfungsi melindungi dan memajukan gereja yang benar serta memerangi dan mencegah penyebaran agama-agama palsu. Namun bukan berarti bahwa Calvin menganut paham “gereja-negara”.  Pemahaman Calvin lebih didasari atas pertimbangan bahwa bagaimanapun juga negara mesti tunduk pada firman Allah. Itu sebabnya mereka harus turut serta dalam memajukan gereja yang benar.
Sekalipun Calvin dan calvinis mula-mula tidaklah anti-politik, namun kita perlu menyadari bahwa calvinis yang masuk ke Indonesia telah diwarnai pula oleh semangat pietisme yang sangat berpengaruh di Eropa – khususnya di



Belanda dan Jerman – sejak abad 18.5 Pietisme yang berasal dari kata Latin pietas yang artinya “kesalehan” sangat menekankan tiga hal utama: kelahiran kembali, pertobatan dan kekudusan hidup (baca: moralitas). Dari situ kita bisa melihat ciri lain dari semangat pietisme ini, yaitu individualistik. Kesalehan individu mendapatkan tekanan yang sangat besar. Akibatnya kesalehan sosial tidak mendapat tempat sama sekali dalam semangat pietisme ini.
Pengalaman traumatis yang amat memengaruhi sikap dan pandangan politik kebanyakan orang Kristen adalah peristiwa tahun 1 965. Peristiwa yang kemudian dikenal dengan sebutan G30S/PKI  itu telah memakan korban jiwa yang amat besar – konon antara ratusan ribu hingga jutaan jiwa. Ditambah lagi engan sikap represif dari penguasa Orde Baru yang militeristik dan premanistik, menyebabkan munculnya pandangan di sebagian besar masyarakat Indonesia – termasuk orang-orang Kristen – bahwa terlibat dalam kehidupan politik hanya mencari masalah saja. Bahkan tidak jarang saya mendengar informasi yang mengatakan bahwa banyak Majelis Jemaat yang menegur pendetanya dengan keras ketika pendetanya mulai terlibat dalam diskusi atau seminar-seminar yang berbau politik. Banyak Majelis Jemaat yang kuatir kalau-kalau keterlibatan pendetanya dalam politik akan menyusahkan gerejanya.
B.              Politik: negatif ataukah positif?
Pandangan yang mengatakan bahwa politik itu kotor dan berlumuran dosa sebenarnya keliru, namun dapat dipahami. Sepak terjang (sebagian) aktor politik yang seringkali tidak memberikan citra positif atas dunia ini ikut menguatkan paham yang keliru ini. Padahal sebenarnya politik sama dengan bidangbidang lain dalam kehidupan manusia. Ia bahkan juga dapat disamakan dengan kegiatan pelayanan gerejawi. Sesuatu yang mestinya mulia dan luhur, namun bukankah pelayanan gerejawi pun dapat diselewengkan untuk maksud-maksud yang tidak terpuji? Raghavan Iyeh14, yang dikutip pada awal makalah ini, menegaskan ketidak-terpisahan politik dalam aktifitas kehidupan manusia sehari-hari. Politik, dalam pandangan Iyeh, bukan melulu soal kekuasaan, tetapi jauh lebih dalam lagi. Ia berkaitan sangat erat dengan moralitas, impian, harapan dan ketakutan manusia, bahkan juga menyangkut cara hidup manusia. Secara epistemologi, politik berasal dari kata polites 15 artinya penduduk (citizen). Terkait dengan itu, kata politics mempunyai arti (a) the art or science of government atau (b) the art or science concernedwith guiding or influencing governmental policy dan (c) the art or science concerned with winning and holding control over government. Juga dikemukakan makna lain dari kata politics tersebut yaitu the total complex of relations between people living in society. Sedangkan political berarti characterized by shrewdness in managing, contriving and dealing; sagacious in promoting a policy; shrewdly tactful. Kamus Wikipedia memberikan definisi politik sebagai berikut: Politics is the process by which groups of people make decisions. The term is generally applied to behavior within civil governments, but politics has been observed in all human group interactions, including corporate, academic, and religious institutions. It consists of “social relations involving authority or power” and refers to the regulation of a political unit, and to the methods and tactics used to formulate and apply policy. Jadi politik sangat berkaitan dengan kemampuan untuk mengelola, menyusun maupun membuat kesepakatan dalam kerangka kehidupan bersama sebuah masyarakat. Aktifitas politik ditujukan untuk menciptakan dan melaksanakan pranata-pranata sosial dan normatif yang memungkinkan masyarakat manusia hidup dengan tertib, aman, tenteram dan sejahtera. Agar supaya efektif dibutuhkanlah otoritas atau kekuasaan. Karena politik
pada akhirnya berhubungan dengan kekuasaan, maka tidak mengherankan bila politik juga disalah-gunakan semata untuk mengejar dan merebut kekuasaan belaka. Dan semakin besar sebuah kekuasaan digenggam, seperti kata Lord Acton, semakin besar pula tendensi penyimpangannya. Tanpa kontrol dan pembatasan, akan mudah terjadi abuse ofpower. Untuk itu tidak hanya dibutuhkan sistem dan aturan main politik (konstitusi, undang-undang dan perangkat hukum yang lain) yang baik, tetapi juga dibutuhkan etika politik. Sejarah manusia sudah membuktikan bahwa ketika politik dijalankan tanpa etika, maka yang terjadi bukanlah kemaslahatan masyarakat umum, melainkan krisis keadilan, kemanusiaan dan ketentraman.
1.              Etika Politik dan konteksnya
Dalam etika, konteks memainkan peranan amat penting. Konteks kita adalah Indonesia dan Indonesia adalah bagian dari Asia. Salah satu ciri khas dari Asia adalah peran agama yang menonjol dalam kehidupan masyarakatnya. Anwar Barkat,17 seorang pakar ilmu politik dari Pakistan, dalam konsultasi yang diadakan oleh Dewan Gereja-
gereja Dunia tentang etika politik di Cyprus mengatakan bahwa sekalipun Asia memiliki keragaman budaya, agama



dan pengalaman sejarah, namun ada beberapa kesamaan yang cukup menonjol di antara bangsa-bangsa di Asia, yaitu: sebagian besar pernah menjadi wilayah jajahan bangsa-bangsa Eropa dan Amerika, dan kedua, agama memainkan peranan penting dalam masyarakat Asia. Bagi masyarakat Asia, sumber etika politik tidaklah berasal dari filsafat-filsafat positivistik sebagaimana dilakukan oleh masyarakat Eropa, melainkan dari agama atau refleksi filosofis yang berorientasi pada agama. Berbeda dengan masyarakat barat yang amat dipengaruhi oleh budaya dan tradisi Yudeo-Kristen, sehingga masyarakatnya relatif lebih homogen, tidak demikian dengan Asia. Dalam keberagaman Asia, khususnya Indonesia setiap tradisi keagamaan tentunya harus mendapat ruang yang cukup untuk menyatakan pemikiran-pemikiran etisnya. Upaya-upaya dari kelompok tertentu yang mencitacitakan negara-agama, atau mendominasi kebijakan-kebijakan politik dengan warna tradisi keagamaan tertentu, sudah pasti tidak akan menciptakan kondisi yang adil, benar dan dengan demikian juga tidak akan menciptakan perdamaian. Hal ini perlu saya tekankan di sini, karena kegairahan sebagian umat Kristen dan gereja terhadap perpolitikan, nampaknya juga sedikit banyak diwarnai oleh cita-cita yang sektarian. Acapkali kampanyekampanye – baik terselubung maupun terang-terangan – yang dilakukan oleh beberapa politikus Kristen di dalam gereja sangat menekankan janji “akan memperjuangkan kepentingan Kristen”. Karena dianggap selama ini orang-orang Kristen menghadapi penindasan dan ketidak-adilan.18 Politik yang beretika seharusnya tidak hanya memikirkan satu kelompok tertentu saja, apalagi kalau itu kelompoknya sendiri. Karena politik menyangkut hajat hidup orang banyak, maka sudah seharusnya politik itu diarahkan dan dimanfaatkan untuk menciptakan kesejahteraan bagi semua orang, atau at least sebanyak mungkin orang. Pada titik inilah politik membutuhkan sumbangan etika dari berbagai tradisi keagamaan yang dianut oleh masyarakatnya. Karena konsep tentang yang baik, adil, benar dan menyejahterakan bisa berbeda-beda antara satu tradisi keagamaan dengan tradisi keagamaan yang lain.19 Selain dari keberagaman tadi, Indonesia juga memiliki aspek lain yang harus diperhatikan secara serius yaitu kemiskinan. Indonesia seperti juga sebagian besar negara-negara Asia yang lain adalah negara yang masih dililit oleh kemiskinan yang hebat. Salah satu penyebab utama kemiskinan adalah kebijakan politik pembangunan yang tidak berpihak kepada rakyat secara luas melainkan hanya menguntungkan segelintir pemilik modal – dalam maupun luar negeri – sehingga kesejahteraan yang diharapkan mengalir dari keberhasilan pembangunan tersebut tidak terjadi. Alih-alih mengalir, yang terjadi hanyalah menetes, itupun dalam skala yang amat terbatas. Ideologi pembangunan yang seperti ini masih diperparah dengan berkembangnya praktik KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme). Alhasil jumlah orang yang menikmati hasil-hasil pembangunan itupun semakin terbatas. Kejatuhan rezim Orde Baru tidak berarti berakhirnya ideologi pembangunan dan praktik korupsi di negara kita. Aktor-aktor politik yang dulunya bernaung dengan nyaman di bawah payung Orde Baru sampai sekarang hampir
hampir tak tersentuh oleh hukum. Dan bahkan beberapa dengan tenangnya terus berusaha kembali ke panggung politik melalui berbagai kesempatan, baik pilkada maupun pemilu nasional. Berakhirnya rezim represif Orde Baru, telah menyebabkan terbukanya kran kebebasan. Dalam eforia kebebasan ini ada kecenderungan yang amat kuat untuk menjadi kebebasan yang liar. Berbagai kekerasan secara telanjang dipertunjukkan di depan umum oleh
berbagai elemen masyarakat, sehingga tidaklah berlebihan kalau kita mengatakan bahwa saat ini bangsa kita juga tengah mengalami krisis ketertiban (crisis of order). Situasi semacam ini sungguh sangat kondusif bagi kelahiran kembali dan berkembangnya kelompok-kelompok ekstrim terutama yang berbaju agama. Aparat keamanan dan ketertiban serta aparat hukum terkesan tak berdaya menghadapi semuanya itu. Bila kondisi ini dibiarkan maka bukannya demokrasi yang akan terwujud melainkan kekacauan.
Dan itu akan memicu dua kemungkinan yaitu kembalinya rezim militeristik atau pemerintahan diktator atas nama agama. Krisis-krisis tersebut di atas juga menunjukkan dengan sangat gamblang bahwa kita sebagai sebuah bangsa tengah menghadapi krisis kepribadian dan moral yang amat serius. Apa yang pernah dibangun oleh para founding fathers kita, seolah-olah sudah lenyap. Masalah kepribadian dan moral bukan masalah yang bisa disepelekan. Semua bangsa yang maju dan beradab akan selalu memiliki landasan kepribadian dan moral yang tinggi. Tanpa kepribadian dan moral yang baik, bangsa kita akan berjalan menuju ke jurang kehancuran dan menjadi bangsa paria di tengah-tengah pergaulan bangsa-bangsa dunia.






Mengapa Orang Kristen Tidak Atau Belum Sepakat Dalam Bidang Politik?
Orang Kristen saling bertentangan mengenai beberapa persoalan politik karena banyak sebab, menurut Tom Minnery, dalam makalah "Mengapa Orang Kristen Tidak Sepakat Dalam Bidang Politik". Beberapa perbedaan timbul karena berbeda cara mereka membaca Alkitab. Perbedaan lain dapat disebabkan oleh penafsiran mereka atas Konstitusi negara. Pertama melihat pada Alkitab, Orang Kristen menemukan penekanan rangkap dalam Perjanjian Baru yang bisa menimbulkan perbedaan dalam pandangan politik diantara orang-orang Kristen. Pertama-tama, mereka harus berpegang kepada kepercayaan tertentu.
Kedua, mereka harus bertindak atas dasar kepercayaan itu. Namun, sering kali orang Kristen percaya tanpa bertindak atau bertindak tanpa sepenuhnya percaya. Yakobus terus menekankan bahwa orang percaya seharusnya melakukan perbuatan baik, dengan demikian mereka membuktikan iman mereka. Sudah tentu Yakobus juga benar. Kekristenan yang hidup dinyatakan dalam perbuatan baik, yang merupakan hasil yang wajar dari iman kepada Kristus.
Hubungan Gereja dengan Negara, partisipasi Kristen dalam Politik, khususnya pembangunan Politik. Etika politik adalah: filsafat moral tentang dimensi politis kehidupan manusia. Sebagai salah satu cabang etika khusus etika politik termasuk manusia. Sebagai salah satu cabang etika Khusus etika politi termasuk dalam lingkungan filsafat. Stilah filsafat berarti kebijaksanaan hidup, skap hati, usaha batin dll. 
A.    Hubungan Gereja dan Negara
Masalah hubungan Gereja dan Negara dapat berjalan dengan baik apabila Gereja bisa dan dapat menempatkan diri dalam bernegara, juga negara dapat melihat bahwa Gereja  merupakan suatu bagian sosial dalam bermasyarakat dan
bernegara. Gereja dapat melihat keburukan dan kebaikan yang dilakukan negara dan Gereja tidak boleh tertutup dengan masalah negara. Yang terpenting adalah Gereja tetap menjadi terang dan garam dunia untuk mencapai visi  pelayanan.
B.   Berpatisipasi Kristen Dalam Politik
Hendaklah orang Kristen bisa terlibat dalam politik dan pemerintahan yang ada, sehingga bisa terlibat dalam menentukan arah kebijakan-kebijakan bangsa dan Negara.

EVALUASI TERHADAP TANGGUNGJAWAB  KRISTIANI MASA KINI
Kondisi sosial dan disertai perubahan-perubahan sosial yang sangat radikal dalam konteks Indonesia tidak dapat lepas dari faktor-faktor agama, politik, ekonomi dan budaya yang ada. Hal ini sangat berbeda dengan kondisi dan konteks perubahan sosial di barat. Pada umumnya di dunia ketiga kondisi sosial hampir dapat disamakan. Pendekatan etis barat tidak dapat di gunakan di dunia ketiga. Orang percaya harus mencermati perubahan-perubahan yang ada sehingga dapat memprensentasikan sikap etis yang kontekstual. Orang Kristen harus tetap bertahan dan memiliki sikap etis yang dilandasi dengan kebenaran firman Allah.
Kompromi bukan merupakan jalan keluar karena bagaimanapun juga status minoritas orang Kristen tetap menjadi sasaran sosial yang ada. Jadi dalam melibatkan diri kedalam masyarakat sosial maupun untuk mengadakan transformasi
sosial, Gereja atau orang percaya tidak dapat mengabaikannya dalam semua aspek kehidupan masyarakat.
Jadi dalam melibatkan diri ke dalam masyarakat sosial maupun untuk mengadakan transformasi sosial, Gereja atau orang percaya tidak dapat mengabaikan  keterlibatannya dalam semua aspek kehidupan masyarakat.

Aplikasinya
Berdasarkan prinsip-prinsip etis tersebut di atas, maka keterlibatan orang kristen dalam kehidupan politik hendaknya didasari atas penghayatan:
1.         Kekuasaan sebagai anugerah Allah. Kekuasaan bukan sesuatu yang buruk. Ia hendaknya dipahami sebagai anugerah Allah. Dan setiap anugerah Allah haruslah dipergunakan untuk menjadi berkat bagi sesamanya. Dengan demikian jabatan dan kekuasaan itu dipandang sebagai kesempatan untuk mengabdi kepada rakyat dan kepada Tuhan.
2.         Keberpihakan kepada yang lemah Para politikus Kristen dipanggil memiliki keberpihakan kepada yang lemah, karena dua alasan penting, yaitu, pertama, kelompok masyarakat inilah yang seringkali menjadi korban penindasan, ketidak-adilan dan kesewenang-wenangan. Keberpihakan mereka tidak boleh dilandasi oleh sentimen-sentimen yang bersifat primordial (suku, ras atau agama). Dan kedua, kelompok inilah yang merupakan mayoritas rakyat Indonesia, khususnya mereka yang lemah secara sosial-ekonomi. Namun keberpihakan itu juga tidak membuta, dalam arti bahwa aturan dan hukum tidak berlaku bagi kelompok ini.

3.         Memiliki visi dan misi yang berorientasi pada rakyat dan kerajaan Allah Visi dan misi para politikus Kristen hendaknya tidak hanya dibatasi oleh lingkup dan waktu. Maksudnya kiprahnya dalam dunia politik tidak hanya dibatasi oleh konstituennya saja (kelompok pemilihnya) ataupun jangka waktu ia memiliki jabatan itu. Melainkan hendaknya terarah pada perwujudan cita-cita Indonesia yang adil, makmur dan sejahtera bagi seluruh rakyat Indonesia. Bahkan lebih jauh lagi para politikus Kristen juga sekaligus adalah agen-agen eskatologis. Ia seharusnya ikut serta dalam menghadirkan tanda-tanda kerajaan Allah (keadilan, kebenaran, perdamaian dan keutuhan ciptaan) sampai dengan pemenuhannya.
4.         Mendorong perubahan yang benar dalam masyarakat Indonesia Para politikus Kristen hendaknya juga menjadi agen-agen perubahan. Untuk itu dibutuhkan keteladanan sikap dan perilaku yang baik. Setiap politikus Kristen harus berani mengatakan “tidak” atas semua tawaran, bujukan atau strategi-strategi yang dapat membuatnya  jatuh pada tindak korupsi, kolusi ataupun nepotisme; menjauhi segala bentuk premanisme dan menegakkan hukum secara konsisten dan konsekuen
5.         Gereja perlu terlibat dalam politik dalam arti yagn luas. Ia mengikuti dengan seksama berbagai perkembangan politik. Gereja juga harus berani menyatakan aspirasi politiknya yang kritis serta dilandasi oleh pertimbangan-pertimbangan
moral-etis kristiani. Penyaluran aspirasi tersebut hendaknya dilakukan dengan cara-cara yang tidak mengarah pada kekacauan, melainkan melalui saluran-saluran yang tepat, di antaranya adalah anggota jemaat yang menjadi kader partai politik ataupun menjadi anggota legislatif dan eksekutif, baik di tingkat lokal maupun nasional.
6.         Gereja perlu melakukan pertemuan konsultatif secara berkala dengan anggota-anggota jemaatnya yang terlibat dalam politik praktis. Dikatakan “konsultatif”, karena dalam pertemuan tersebut kedua belah pihak (gereja dan aktivis politik) dapat saling memberi masukan dan saling belajar. Dalam pertemuan tersebut gereja dapat menyuarakan suara kenabiannya, menyampaikan berbagai pertimbangan moraletisnya, tetapi sekaligus juga belajar dan mendapatkan informasi yang benar mengenai berbagai perkembangan politik yang ada.
7.         Gereja perlu juga mendengar masukan dari berbagai LSM ataupun perguruan tinggi-perguruan tinggi Kristen yang menaruh perhatian terhadap kehidupan politik. Karena dari lembaga-lembaga inilah gereja akan mendapatkan berbagai masukan yang relatif obyektif.  Lembaga-lembaga tersebut juga dapat berfungsi sebagai counter-opinion, sehingga gereja tidak hanya mendengar dari anggotanya yang memiliki jabatan di partainya atau di badan-badan legislatif dan eksekutif saja.
8.         Gereja perlu menyelenggarakan berbagai pembinaan ataupun juga forum diskusi yang menggumuli masalah-masalah politik dan etikanya bagi anggota jemaatnya, sehingga pemahaman-pemahaman yang salah yang dimiliki oleh anggota jemaat tentang politik dapat diluruskan dan sekaligus dapat mendorong anggota jemaatnya ikut berperan dalam kehidupan politik sesuai dengan kapasitas dan kemampuannya.
9.         Gereja perlu terlibat dalam forum-forum dialog antar umat beragama. Karena dalam konteks Indonesia saat ini yang dihadapi oleh gereja bukanlah umat beragama lain, tetapi kelompok-kelompok ekstrim yang bisa merusak kerukunan antar umat beragama. Kelompok ekstrim ini tidak hanya terdapat pada umat beragama yang lain, tetapi juga di kalangan umat Kristen sendiri.
Keikut-sertaan gereja dalam dialog seperti ini akan mengamplifikasi suara Kristen di tengah-tengah percaturan politik lokal maupun nasional. Selain itu gereja juga menghadapi krisis kepribadian dan moral bangsa yang tidak mungkin ditangani oleh gereja sendirian. Seluruh kelompok agama mesti bersinergi untuk mendidik dan membangun kepribadian dan moral bangsa yang benar.










BAHAN AJAR
ETIKA KRISTEN XI²







©CHRISTIAN S. ANIE, S.PAK©
SMTK ALOR

2017

Komentar

  1. Syallom kk ibu shristian,,, bhan ajarnya sangat bermanfaat,,, jadi saya minta ijin untuk copy. Terima kasih

    BalasHapus
  2. Syalom Pak guru..Trimaksi banyak atas berkat hikmat dan pengetahuan lewat materi etika Kristen yg sangat berguna dlam KBM..untuk itu saya minta ijin untuk di copy..N Kiranya Tuhan Yesus Terus Memberkati Pelayanan Bpk Lewat Media ini.

    BalasHapus

Posting Komentar